Menurut ekonom dari Universitas Indonesia dan Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, pergerakan saham dua emiten transportasi tersebut tidak terlepas dari sentimen investor terkait demonstrasi menentang moda transportasi berbasis aplikasi.
(Baca: Pengamat: Sentimen TAXI Vs BIRD Temporer)
Lalu, apa sebenarnya penyebab anjloknya saham BIRD?
"Sebagai perusahaan, Blue Bird dinilai lebih terancam dari Express karena sistem Blue Bird akan ada risiko ditinggalkan sopirnya," kata Lana ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (22/3/2016).
Hal tersebut disebabkan BIRD menggunakan model bisnis berbasis komisi.
Sementara itu, TAXI memberikan fasilitas kepada para pengemudinya untuk memiliki mobil yang digunakannya selama ini.
Terlebih lagi, imbuh Lana, belum terlihat ketegasan dari pemerintah untuk menangani perihal moda transportasi berbasis aplikasi.
Sehingga, pada akhirnya moda transportasi konvensional terkena dampak pula.
"Bisa jadi sopir Blue Bird akan keluar dari armada. Mungkin itu yang dilihat oleh investor. Di Express, sopir ada fasilitas dia boleh memiliki mobil, jadi ada ikatan," terang Lana.
(Baca: TAXI Melaju, BIRD Melorot)
Maka dari itu, manajemen BIRD sebaiknya melakukan aksi cepat untuk menangani mogok massal ataupun pelayanan.
Kalau tidak, maka tentu saja kinerjanya di bursa saham akan terpengaruh.
"Manajemen harus segera melakukan sesuatu, ini ada konsekuensi dibaca publik karena sudah Tbk (perusahaan terbuka)," jelas Lana.