"Ada beberapa concern dari kita, yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu perlu pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi termasuk penguatan sinyal, dan teknologi informasi di remote area," kata dia di Jakarta, Selasa (22/3/2016).
Teguh mengatakan, sebenarnya pemerintah dan instansi terkait telah menjalin kerjasama dalam gugus tugas untuk mengembangkan TIK guna mendukung program Laku Pandai.
Kemenkominfo, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), dan telco provider bekerjasama untuk membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi pendukung Laku Pandai antara lain Base Transceiver Station (BTS) serta jaringan serat optik.
Akan tetapi realisasi pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi pendukung Laku Pandai belum optimal.
Vice President Micro Banking Bank Mandiri (BMRI) Sumedi, mengatakan, BMRI sebagai salah satu bank yang mengimplementasikan Laku Pandai merasakan lemahnya jaringan TIK di beberapa titik.
"Telekomunikasi masih ada blind spot. Ada sinyal, tapi enggak kuat. Bahkan tidak ada sama sekali," kata Sumedi.
Lemahnya daya dukung jaringan TIK untuk program ini dikhawatirkan menyebabkan masyarakat menjadi enggan dan tidak bergairah untuk menyukseskan Laku Pandai.
Hal tersebut, terkait dengan tarif SMS yang digunakan baik oleh nasabah ataupun agen, utamanya di daerah-daerah terpencil.
Sumedi mengatakan, transaksi yang gagal pun bakal kena tarif SMS.
"Kalau bolak-balik gagal, bolak-balik dia kena charge. Jadinya males menggunakan layanan branchless banking. Nah ini perlu dipikirkan, apakah ada tarif SMS khusus," tutur Sumedi.
Saat ini, BMRI memiliki 1.400 agen Laku Pandai.
Sebelum mengimplementasikan Laku Pandai, BMRI sudah menggulirkan branchless banking dengan nama Layanan Keuangan Digital dengan produk e-money.
Saat ini jumlah agen LKD BMRI mencapai 16 juta agen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.