Modal
Keberhasilan Haji Uyud sampai sekarang mengelola bisnis dodol garut rupanya tetap memunyai kendala abadi. "Yah, kendalanya ya modal itu," tuturnya.
Lalu, berkisahlah Haji Uyud ihwal sepak terjangnya mengelola bisnis dodol garut hingga memunyai lima pabrik yang dikelola anak dan kerabatnya itu. Haji Uyud mengaku bahwa awalnya dia memang mencari pinjaman usaha bukan dari Bank Negara Indonesia (BNI). "Dari BRI Unit waktu itu saya dapat pinjaman Rp 750 juta," tuturnya.
Tapi, gara-gara usahanya sempat kolaps, nama Uyud masuk dalam daftar nasabah yang berstatus tak bisa diberi pinjaman. "Soalnya, saya kan enggak bisa bayar utang," katanya terkekeh.
Pada 2006, Uyud mencoba bangkit kembali. Usaha dodolnya disokong oleh dana dari Bank Danamon Syariah. "Dikasih pinjaman Rp 50 juta tanpa jaminan. Alhamdullilah saya bisa kembalikan, nyicil selama setahun," ujarnya.
Nah, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI menghampirinya belum lama. Dia mendapat dana KUR hingga Rp 500 juta. "Bunganya delapan persen kalau enggak salah," ucap Haji Uyud sembari menambahkan bahwa KUR itu berlaku tiga tahun sejak 2013.
Selain pinjaman bank, lanjut Haji Uyud, sepanjang perjalanan bisnisnya juga mengandalkan dana dari lembaga penjaminan kendaraan bermotor. "Saya dapat dana juga dari leasing mobil," katanya.
Tercatat, sekarang ada empat mobil yang dijadikan agunan. "Istilahnya, mobil-mobil itu saya 'sekolah'-kan," katanya sembari menunjuk mobil Toyota Fortuner miliknya yang dijadikan agunan senilai Rp 160 juta setahun dengan bunga empat persen.