Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Kinerja Bank BUMN : Laba Stagnan, Kredit Bermasalah Melonjak

Kompas.com - 09/05/2016, 07:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Strategi memperbesar margin bunga tentu membawa konsekuensi.

Karena ditekan turun, suku bunga deposito tak lagi kompetitif.

Para deposan akhirnya menarik dananya dari bank dan mengalihkannya ke instrumen yang lebih menguntungkan semisal Surat Berharga Negara (SBN).

Dampaknya, dana pihak ketiga (DPK) bank BUMN menurun selama triwulan I 2016.

DPK BRI turun 1,71 persen dari Rp 642,77 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 631,78 triliun pada akhir Maret 2016.

DPK BNI tergolong stabil dari Rp 370,42 triliun menjadi Rp 371,55 triliun.

Hanya Bank BTN yang tetap mampu menumbuhkan DPK dari Rp 127,75 triliun menjadi Rp 131,16 triliun.

Sampai akhir Februari 2016, DPK Bank Mandiri juga anjlok sebesar 9,18 persen dari Rp 636,4 triliun menjadi Rp 578 triliun.

Kendati bank berjuang sekuat tenaga, laba perbankan diperkirakan tetap akan tertekan.

Sebab, faktor fundamentalnya, yakni kinerja sektor riil dan ekonomi secara keseluruhan masih lesu.

Karena itu, laba  bank-bank BUMN tahun 2016 diperkirakan bakal stagnan, atau tidak jauh berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.

Stagnannya laba tercermin dari kinerja triwulan I 2016.

Selama triwulan I 2016, BRI hanya mampu meraih laba sebesar Rp 6,14 triliun, tak jauh berbeda dengan triwulan I 2015 yang sebesar Rp 6,1 triliun.

Laba BNI tumbuh 5,5 persen dari Rp 2,82 triliun menjadi Rp 2,97 triliun. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan laba mencapai 15 – 20 persen.

Hanya BTN yang mencatatkan pertumbuhan laba signifikan yakni sebesar 22,14 persen dari Rp 402 miliar menjadi Rp 491 miliar.

Jadi, hambatan bank-bank BUMN tahun ini masih sangat terjal.

Bank BUMN harus membuka akses pembiayaan yang lebih luas dan menerapkan strategi “jemput bola” untuk mendorong penyaluran kredit.

Masih banyak pelaku usaha yang belum tersentuh bank, padahal mereka sangat membutuhkan pinjaman.

Bank-bank BUMN juga harus menyetop peningkatan NPL. Jika tidak, laba mereka akan makin tertekan.

Meskipun kondisi sedang berat, bank BUMN jangan memikirkan dirinya sendiri.

Bank BUMN tetap harus menjadi pioner penurunan suku bunga kredit menuju single digit demi perbaikan ekonomi Indonesia ke depan.

 

 

Sumber : Bank BTN Perkembangan Kantor Bank BTN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com