Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jazak Yus Afriansyah
Trainer

Author, Coach, Trainer.
Master of Technology Management.

Kuasai Lima Kekuatan dalam Berkomunikasi

Kompas.com - 05/09/2016, 09:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Pada edisi sebelumnya sudah kita bahas tentang pentingnya peran komunikasi untuk menunjang aktifitas kolaborasi, pada kesempatan ini kita teruskan kepada kekuatan yang ada pada komunikasi, khususnya kekuatan yang paling dominan dan berdampak dahsyat.

Fakta ilmiah membuktikan bahwa body language atau bahasa tubuh memiliki peran dan dampak yang dominan dalam proses komunikasi, yaitu sekitar 93 persen.

Di saat yang sama, bahasa tubuh secara konsisten menunjukkan tingkat kejujuran sekitar 80 persen bila dibandingkan dengan Bahasa yang diucapkan atau bahasa verbal.

Jika demikian adanya tanpa bermaksud menafikkan peran dari bahasa verbal, menguasai bahasa tubuh berarti menguasai kekuatan komunikasi. Lantas apa sajakah yang termasuk ke dalam bahasa tubuh?

Terdapat setidaknya 5 bahasa tubuh yang wajib kita perhatikan dan respon dengan baik jika kita ingin sukses berkomunikasi. Dengan menguasai 5 bahasa tubuh tersebut berarti kita telah mampu menguasai 5 kekuatan komunikasi.

Bahasa Tubuh yang pertama adalah Kinesis atau Gerakan Tubuh. Tanpa disadari oleh manusia pada umumnya bahwa ternyata gerakan tubuh saat seseorang sedang berbicara atau berhadapan dengan mitra bicara merefleksikan apa sebenarnya yang dia maksudkan, meskipun faktanya berbeda dengan apa yang dia ucapkan.

Yang termasuk kedalam gerakan tubuh misalnya, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, bersendekap, menutup sebagian mulut, atau memegang dagu, terkadang ada yang memegang dahi.

Masing-masing dari gerakan tersebut memiliki makna khusus yang lebih jujur.

Kita lanjutkan kepada yang kedua yaitu Postur Tubuh. Kecendrungan arah badan seseorang ketika sedang berkomunikasi adalah gambaran postur tubuh.

Sering kita menyaksikan seseorang yang postur tubuhnya menjauh dari mitra bicara, misalnya tiba-tiba dia bersandar ke kursi. Kita juga bisa lihat manusia terkadang cenderung condong ke arah mitra bicara.

Kedua, bentuk postur tubuh tersebut adalah sedikit dari beberapa contoh yang tentu memiliki makna dan maksud tersendiri.

Kemudian kita teruskan kepada yang ketiga yaitu Kontak Mata dan Gerakan Bola Mata, ada kalanya kita melihat ada orang yang kurang kuat menatap ke arah mata mitra bicaranya, sehingga saat dia berbicara tidak memandang dengan layak dan lurus siapa yang dia ajak berkomunikasi.

Di saat yang sama, gerakan bola mata, juga menunjukkan apa makna dan maksud utama di balik kalimat yang diujarkan. Gerakan bola mata yang dimaksud adalah gerakan bola mata yang cenderung ke arah kiri atau ke arah kanan.

Beberapa referensi menyimpulkan gerakan bola mata ke arah kanan menunjukkan seseorang sedang menganalisa suatu hal, sedangkan gerakan bola mata ke arah kiri mengindikasikan manusia tersebut sedang merekayasa sesuatu.

Sedangkan yang keempat adalah apa disebut sebagai Para Language yang terdiri dari intonasi suara dan kecepatan bicara.

Bahasa tubuh yang keempat ini sangat mudah untuk ditangkap dan dikenali sehingga bisa digunakan sebagai indikator awal memahami maksud dan tujuan mitra bicara.

Sudah bisa dimaklumi ketika seseorang berbicara dengan nada atau intonasi suara yang tinggi dan keras, orang umumnya menyimpulkan itu adalah ekspresi kemarahan atau emosi.

Meskipun kalimat verbal yang diucapkannya adalah sama, misalnya “hey kamu!” jika diucapkan dengan nada datar maknanya sekedar memanggil, lain halnya jika diucapkan dengan nada yang sangat tinggi, maknanya menjadi cenderung negatif atau bahkan sarkasme (kasar).

Terakhir atau yang kelima adalah Jarak atau proxemics, yaitu seberapa jauh atau seberapa dekat jarak yang terjadi ketika seseorang sedang melakukan komunikasi atau berbicara.

Jarak sosial diketahui sekitar 1-2 meter, artinya ketika seseorang berbicara dengan jarak tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki hubungan yang umum sebagai antar manusia.

Namun jika beberapa saat semakin mendekat ke jarak personal yaitu sekitar 50 cm maka ini menunjukkan mereka atau salah satu dari orang yang sedang berkomunikasi memiliki ketertarikan atau keperluan khusus.

Jika jaraknya kurang dari 50 cm, maka ini disebut sebagai jarak intim dan pastinya hanya mereka yang memiliki hubungan yang sangat dekat dan spesial yang mampu melakukannya, sehingga meskpiun mereka berdua menyangkal dengan kalimat bahwa mereka hanya berteman, namun jarak tubuh yang ditunjukkan menyatakan yang berbeda.

Dengan menguasai 5 bahasa tubuh ini, secara otomatis kita telah menguasai kekuatan dari sebuah komunikasi. Selalu ingat bahwa ukuran keberhasilan komunikasi adalah pemahaman.

Artinya jika dengan beberapa gerakan saja mitra bicara kita sudah paham, maka tidak perlu banyak kata terucap, sehingga dengan demikian tugas komunikasi sudah terlaksana.

Sebagaimana keahlian yang pernah kita kaji, untuk mendapatkan keahlian membaca bahasa tubuh diperlukan waktu dan proses yang tidak sebentar.

Oleh sebab itu mulailah dari sekarang!

Selamat Berkinerja dan Salam Sukses Selalu untuk Anda!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com