Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Puncak NPL Perbankan di Semester II 2016

Kompas.com - 13/09/2016, 08:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim ekonom Mandiri Sekuritas dan Bank Mandiri mengingatkan kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) perbankan akan mendekati puncak dalam waktu dekat ini. Hal ini patut menjadi catatan bagi para pelaku di industri perbankan Tanah Air.

Tjandra Lienandjaja, Equity Research Mandiri Sekuritas menyebutkan, berdasarkan analisisnya, puncak NPL diperkirakan akan terjadi menjelang akhir tahun. "Puncaknya kemungkinan akan terjadi di kuartal ketiga dan keempat," tutur Tjandra, akhir pekan lalu.

Hingga akhir Juni 2016, NPL perbankan menunjukkan peningkatan 20 basis poin (bps) menjadi 2,9 persen dari posisi Maret 2016 di level 2,7 persen. Catatan Thandra memperlihatkan, kredit yang masuk dalam katagori kolektabilitas perhatian khusus (special mention loan) turun dari semula 5,6 persen menjadi 5,2 persen.

Penurunan special mention loan tersebut terjadi karena perpindahan status menjadi kredit bermasalah. Adapun sektor yang menjadi penyumbang kredit macet terbesar di tahun 2016 utamanya dari sektor pertambangan, manufaktur serta logam.

Rasio kredit bermasalah tambang batubara serta minyak dan gas (migas) bahkan sudah mencapai 6,3 persen per akhir Juni 2016. "Industri logam dipengaruhi persaingan produksi dari China," imbuh Tjandra.

Sementara, rasio NPL di sektor transportasi dan telekomunikasi juga terbilang cukup tinggi yakni sebesar 5,5 persen. Demi menekan kredit bermasalah, PT Bank CIMB Niaga Tbk menyatakan telah menerapkan sejumlah strategi.

Strategi yang diterapkan bank ini antara lain melalui proses restrukturisasi dan penjualan jaminan.

Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga Wan Razly Abdullah menjelaskan, pihaknya juga akan meningkatkan standar underwriting dan kredit modal kerja guna menjaga kualitas aset.

"Kami juga melakukan stress test minimal enam bulan sekali, dengan memperhitungkan pelemahan rupiah dan dampak situasi lain seperti BI rate, tingkat inflasi dan pelemahan harga komoditas," jelas Wan Razly.

Rasio kredit bermasalah bank milik investor Malaysia tersebut pada tahun ini diperkirakan masih berada di kisaran 3 persen hingga 4 persen.

"Kami juga melakukan pemantauan lebih ketat terhadap sektor yang berisiko," ujar Wan Razly. Dalam riset yang dirilis 6 September 2016 lalu, Tjandra menyebut, CIMB Niaga hingga Juni 2016 mampu menurunkan rasio NPL menjadi 4 persen dari posisi Juni tahun lalu yang mencapai 4,4 persen.

CIMB Niaga, tulis Tjandra dalam risetnya, telah menjual utang buruk di sektor tambang kepada induk usahanya. Sehingga, NPL pertambangan CIMB yang pernah mencapai 43,7 persen, per Juni 2016 tinggal tersisa 2,4 persen.

Mengingat kredit bermasalah yang masih tinggi, menyebabkan biaya kredit (cost of credit) CIMB Niaga pun menjadi sedikit meningkat.

Bila semula ada di kisaran 1 persen, per Juni 2016 cost of credit bank ini sebesar 2,8 persen. Namun, ongkos ini turun dari akhir tahun lalu yang sebesar 3 persen.

Sementara, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyatakan proyeksi kredit bermasalah masih sesuai prediksi. Demikian juga dengan pertumbuhan kredit yang ditargetkan meningkat sebesar 18 persen dari akhir tahun 2015.

"NPL kami targetkan terjaga di 2,99 persen pada akhir tahun," kata Direktur Keuangan BTN, Iman Nugroho Soeko, pekan lalu. Terjaganya rasio NPL diharapkan dapat meringankan porsi beban pencadangan. (Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Yuwono Triatmodjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com