Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

Kompas.com - 02/05/2024, 08:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.com - Bursa saham AS atau Wall Street melemah pada akhir perdagangan Rabu (1/5/2024) waktu setempat.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup lebih tinggi karena Powell mengatakan kemungkinan besar langkah Fed berikutnya bukanlah kenaikan suku bunga.

Pasar menilai Kenaikan Dow terjadi usai pasar mencerna pengumuman The Fed terkait suku bunga pada Rabu. Pasar khawatir bahwa bank sentral akan kehilangan kendali terhadap inflasi yang sulit ditaklukkan.

Namun S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan kerugian dari produsen chip yang menyeret indeks tersebut ke bawah.

Baca juga: Menanti Arah Kebijakan The Fed, Bursa Saham AS Berakhir Hijau

Dow naik 87,37 poin, atau 0,23 persen dan ditutup pada level 37.903,29. S&P 500 kehilangan 0,34 persen dan berakhir pada posisi 5.018,39. Nasdaq Komposit turun 0,33 persen dan menetap di level 15.605,48.

Ini adalah hari yang bergejolak bagi rata-rata saham utama, dengan 30 saham Dow menguat lebih dari 530 poin pada sesi tertingginya, didorong oleh komentar Powell. S&P 500 pernah naik 1,2 persen, sedangkan Nasdaq naik lebih dari 1,7 persen.

Bank sentral memilih untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil, dengan alasan kurangnya kemajuan lebih lanjut dalam membawa inflasi kembali ke target 2 persen. Namun, Powell mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga dalam konferensi pers menyusul keputusan tersebut.

“Saya pikir kecil kemungkinannya bahwa kebijakan suku bunga berikutnya akan berupa kenaikan,” kata Powell, dikutip dari CNBC.

“Menurut kami itu tidak mungkin,” tambahnya.

Baca juga: Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Investor juga bereaksi positif terhadap pernyataan The Fed yang akan mengerem salah satu cara untuk memperketat kondisi pasar keuangan.

Mulai bulan Juni, bank sentral mengatakan akan memperlambat laju yang memungkinkan hasil obligasi yang jatuh tempo dikeluarkan dari neraca tanpa menginvestasikannya kembali.

Ini adalah proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif.

“Fakta bahwa inflasi tetap tinggi berarti kita tidak akan melihat penurunan suku bunga dalam waktu dekat,” kata kata ahli strategi makro global di Carson Group Sonu Varghese.

“Pada saat yang sama, mereka akan memperlambat laju penyusutan neraca mereka (portofolio obligasi yang sangat besar), yang kemungkinan akan mengurangi tekanan pada imbal hasil obligasi,” tambah dia.

Baca juga: The Fed Diramal Tahan Suku Bunga Lebih Lama, Rupiah Bisa Makin Lemah

 


Imbal hasil Treasury AS 10 tahun sempat turun di bawah 4,6 persen setelah komentar Powell, mengurangi kekhawatiran beberapa investor bahwa imbal hasil tersebut akan melonjak kembali di atas 5 persen tahun ini dan membatasi perekonomian.

Namun, saham-saham yang terkait dengan kecerdasan buatan mengalami kesulitan selama sesi hari Rabu, menyusul laporan mengecewakan dari beberapa pesaing utama AI.

Perangkat Mikro Tingkat Lanjut anjlok 8,9 persen setelah mengeluarkan perkiraan pendapatan kuartal saat ini, sementara Super Micro Computer turun 14 persen karena pendapatan ringan.

Wall Street mengalami penurunan, di mana S&P 500 dan Nasdaq membukukan kerugian lebih dari 4 persen. Dow turun 5 persen yang merupakan kinerja bulanan terburuk sejak September 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com