KOMPAS.com - Walaupun baru berjalan 3 bulan, program amnesti pajak di Indonesia merupakan yang paling berhasil di seluruh dunia.
Dengan sisa waktu yang masih 6 bulan lagi, bisa dikatakan pencapaian ini masih bisa terus meningkat. Apakah keberhasilan ini bisa berdampak terhadap kinerja reksa dana?
Jika dibedah dalam angka, target amnesti pajak adalah Rp 4.000 triliun deklarasi, Rp 1.000 triliun repatriasi, dan Rp 165 triliun uang tebusan.
Berdasarkan situs pajak yang diakses tanggal 2 Oktober 2016 pukul 10.00 malam, total deklarasi adalah Rp 3.483 triliun yang merupakan penjumlahan dari Rp 2.533 triliun deklarasi dalam negeri dan Rp 951 triliun deklarasi luar negeri atau sekitar 87 persen dari target.
Sementara untuk repatriasi luar negeri adalah Rp 137 triliun hanya 13,7 persen dari target. Untuk uang tebusan sendiri, adalah Rp 93 triliun atau sekitar 53 persen dari target pemerintah.
Meskipun dalam hal repatriasi luar negeri masih jauh dari target dan diperkirakan akan sulit tercapai hingga akhir periode, ada kemungkinan sangat besar untuk deklarasi dan uang tebusan akan tercapai atau bahkan melebihi target yang ditetapkan.
Keberhasilan amnesti pajak ini juga tidak bisa hanya dilihat dari angka pencapaian, tetapi juga perluasan basis pajak untuk periode mendatang.
Dengan data harta yang lengkap, tentunya potensi penerimaan pajak bisa meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan demikian, pendapatan negara dapat lebih berkesinambungan pada masa mendatang.
Dari sisi mata uang, dengan adanya ketentuan di mana harta deklarasi dalam negeri dan repatriasi luar negeri minimum 3 tahun disimpan di NKRI, maka potensi dana outflow dalam 3 tahun menjadi minimal. Untuk harta deklarasi luar negeri, juga ada kemungkinan masuk ke Indonesia.
Salah satu alasan nilai deklarasi luar negeri ini besar adalah untuk mencairkan investasi di luar negeri tidak mudah, ada pertimbangan kondisi ekonomi yang kurang baik dan prosedur pencairan yang membutuhkan waktu.
Selain itu, ada faktor kenyamanan karena sebagian wajib pajak juga memiliki kegiatan usaha di luar negeri sehingga sebagian dari harta tetap ditempatkan di luar negeri.
Meski demikian, ada potensi harta deklarasi luar negeri tersebut dibawa masuk pada periode-periode mendatang. Hal ini turut akan mendorong kestabilan atau bahkan penguatan mata uang Indonesia di masa yang akan datang.
Apakah penerimaan pajak yang meningkat dan mata uang yang stabil serta-merta dapat meningkatkan kinerja reksa dana? Jawabannya adalah bisa, tetapi tidak langsung.
Reksa dana berinvestasi pada saham dan obligasi. Untuk itu, yang perlu kita analisis adalah dampaknya terhadap saham dan obligasi itu sendiri.
Penerimaan pajak yang meningkat dapat membuat anggaran pemerintah lebih berkesinambungan. Dengan demikian, utang yang diterbitkan untuk menutupi defisit tidak terlalu besar dan alokasi dana bisa digunakan untuk membangun program infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur yang melibatkan perusahaan BUMN dan swasta akan menyebabkan perekonomian berkembang, penjualan dan keuntungan perusahaan meningkat.
Sesuai dengan teori, meningkatnya keuntungan akan menyebabkan valuasi perusahaan meningkat sehingga harga sahamnya juga berpotensi naik. Dengan demikian, reksa dana yang berinvestasi pada saham juga berpotensi mendapatkan manfaat dengan meningkatnya harga saham tersebut.
Adanya infrastruktur, seperti jalan, rel kereta api, waduk, dan pembangkit listrik, akan berdampak pada meningkatnya perekonomian dan biaya logistik yang semakin efisien.
Biaya logistik merupakan salah satu kontribusi besar terhadap tingginya inflasi di Indonesia, dengan biaya logistik yang berkurang, maka inflasi juga bisa semakin dikendalikan.
Inflasi yang terkendali ditambah dengan mata uang yang stabil, selanjutnya juga akan memberikan amunisi bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Sesuai dengan teori, suku bunga yang turun akan membuat harga obligasi meningkat.
Dengan demikian, reksa dana yang berinvestasi pada obligasi juga berpotensi mendapatkan manfaat dengan meningkatnya harga obligasi tersebut.
Kondisi ekonomi yang membaik, suku bunga yang turun, hasil deposito perbankan yang semakin rendah akan membuat minat masyarakat meningkat baik dari dalam negeri ataupun investor luar negeri untuk berinvestasi pada pasar modal Indonesia.
Hal ini berpotensi membuat permintaan naik sehingga harganya juga berpotensi meningkat.
Jadi, secara langsung, memang keberhasilan amnesti pajak tidak bisa dihitung berapa dampaknya terhadap kinerja reksa dana. Namun, secara tidak langsung, apabila bisa dikelola dengan baik oleh pemerintah dan Bank Indonesia serta bisa dimaksimalkan dengan baik oleh pihak perusahaan, maka berdampak positif di masa mendatang.
Tentu saja sebagai instrumen investasi, reksa dana tetap memiliki risiko. Meskipun secara potensi ke depannya baik, tetap ada kemungkinan mengalami penurunan. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari faktor domestik hingga sentimen luar negeri.
Dari luar negeri, beberapa sentimen yang mungkin berpotensi berdampak negatif terhadap kinerja reksa dana antara lain potensi kenaikan suku bunga The Fed, pemilihan presiden di AS, perkembangan ekonomi di China, Jepang, dan Eropa, fluktuasi harga minyak, dan lainnya.
Sebagai investor, kita perlu tahu bahwa meskipun sentimen luar negeri bisa berdampak terhadap kinerja investasi, umumnya pengaruh ini hanya bersifat sementara. Yang dampaknya bersifat permanen dan jangka panjang adalah kinerja perusahaan, kondisi suku bunga, dan tingkat pertumbuhan ekonomi di dalam negeri itu sendiri.
Untuk itu, sepanjang kita yakin bahwa kondisi dalam negeri bagus, apabila terdapat penurunan pasar yang disebabkan karena sentimen dari luar negeri, hal ini bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan pembelian pada harga yang rendah.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.