Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membongkar Mitos "Indonesia Kaya Migas"

Kompas.com - 10/10/2016, 05:48 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
Gemah ripah, loh jinawi, dan berkelimpahan sumber daya alam, merupakan atribusi yang kerap melekat setiap kali menyebut kata “Indonesia”. Atribusi tersebut tak mengecualikan minyak dan gas bumi (migas).

Namun, pada akhirnya fakta juga yang bicara. Tidak dalam segala hal anugerah melimpah di negeri ini. Salah satunya soal migas itu.

“Indonesia sudah jadi net importer minyak sejak 2004. Dengan kondisi sekarang, Indonesia juga akan menjadi net importer gas pada 2024,” kata Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taslim Z Yunus, Sabtu (4/6/2016).

(Baca: Indonesia Kaya Migas, Mitos atau Fakta?)

Tanpa ada upaya untuk menemukan sumber baru cadangan migas—dalam bahasa teknis disebut eksplorasi—, dua sumber energi utama tersebut  akan habis. Tinggal menunggu waktu.

Terlebih lagi, sejak awal cadangan terbukti migas Indonesia juga tak sebanyak yang dibayangkan kebanyakan orang. Volume cadangan terbukti minyak Indonesia hanya di kisaran 0,2 persen cadangan global, sementara gas di 1,5 persen.

Lalu, untuk mendapatkan sumber cadangan baru migas, tantangan terbesar adalah teknologi dan biaya. Lagi pula, tren eksplorasi pun makin mengarah ke kawasan timur Indonesia dan berlokasi di laut dalam.

Dok SKK Migas Proyeksi minyak dan gas bumi Indonesia

Bicara soal biaya, investasi masih menjadi harapan. Namun, mendatangkan investasi juga butuh upaya serta dukungan banyak pihak, termasuk masyarakat.
 
"Dana investasi untuk migas sangat sedikit, dan Indonesia harus bersaing untuk mendapatkan alokasi dana investasi tersebut jika ingin meningkatkan produksi migas,” ujar Lead Advisor for Energy, Utilities & Mining PwC Indonesia, Sacha Winzenried, seperti dikutip Kompas.com pada Kamis (26/5/2016).

Semua data, fakta, dan tantangan terkait migas Indonesia tersebut dapat disimak dalam Visual Interaktif Premium (VIP) “Membongkar Mitos Indonesia Kaya Migas” di http://vip.kompas.com/migas/ pada kanal Visual Interaktif Kompas (VIK) Kompas.com.

Survei yang digelar PwC Indonesia terkait industri migas mendapati setidaknya ada lima tantangan terkait investasi ke sektor ini. Pertama, keabsahan kontrak dan kepastian seputar perpanjangan kontrak bagi hasil.

Kedua, kurangnya kebijakan dan visi yang konsisten antar lembaga pemerintah. Ketiga, penerbitan peraturan mengenai perpajakan atau penggantian biaya (cost recovery) yang berdampak pada ketentuan kontrak bagi hasil.

(Baca juga: Kumpulan Artikel dalam Topik Pilihan “Sektor Hulu Migas Membesarkan Bangsa”)

Keempat, ketidakpastian seputar cost recovery dan audit pemerintah. Terakhir, ketiadaan otoritas tunggal yang dapat menyelesaikan sengketa secara obyektif di berbagai departemen dan lembaga.

Menurut Winzenried, para responden survei meyakini bahwa fokus pada aspek-aspek ini akan meningkatkan daya tarik iklim investasi Indonesia untuk migas secara signifikan, konsisten dengan peluang geologis Indonesia yang kuat.

Peserta survei, lanjut Winzenried, juga optimistis terhadap potensi peningkatan daya saing Indonesia, sejalan dengan investasi besar di sektor infrastruktur yang dipicu oleh kebijakan pemerintah saat ini.

Namun, investasi sektor migas juga sempat dihebohkan oleh peredaran peta Indonesia dengan banyak bendera negara lain di atasnya.

Twitter Peta Indonesia dengan tebaran bendera asing di lokasi-lokasi anjungan dan atau kilang minyak dan gas bumi (migas) seperti ini yang sempat beredar luas di media sosial.

Kehadiran Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) dalam skema investasi sektor migas di Indonesia diartikan sebagai penguasaan penuh atas lapangan migas yang digarapnya.

(Baca juga: Asing Kuasai Migas Indonesia?)

Seperti apa sebenarnya skema investasi sektor migas di Indonesia dapat pula disimak dalam  VIP “Membongkar Mitos Indonesia Kaya Migas”.

Di dalam VIP ini juga tampil dua motion graphic yang mengupas alasan eksplorasi butuh investasi dan detail skema investasi migas di Indonesia.

(Baca juga: Kumpulan Artikel dalam Topik Pilihan "Hulu Migas bagi Negeri")

Jadi, atribusi Indonesia kaya migas itu mitos atau fakta?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com