Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2016, 07:31 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Kompas.com merangkum dari semua wawancara dengan pelanggan, harga yang relatif lebih murah dibandingkan sumber energi lain merupakan pertimbangan mereka menggunakan gas bumi dari PGN.

“Dulu saat pakai gas tabung, pengeluaran untuk memasak bisa berkisar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan. Sekarang hanya Rp 7 juta sampa Rp 8 juta saja per bulan,” tutur Nur Wahid, perempuan pemilik warung makan Nas Jamblang Bu Nur, Senin.

Alasan berikutnya, terutama datang dari pelanggan kelompok industri, adalah tuntutan kualitas yang terpenuhi dengan penggunaan gas bumi. Juga, penggunaan energi ini cenderung lebih bersih dibandingkan sumber energi lain.

“Kalau pakai bahan bakar lain, hasil bakaran (batu) kapur tidak akan sebersih (saat dibakar memakai) gas. Selain itu pemakaian (bahan bakar) selain gas akan menimbulkan polusi udara,” ungkap salah satu pengelola CV Sumberjaya Kapur, Iwan Nirwana, kepada Kompas.com, Selasa.

Accounting and Marketing PT Genteng Teracotta Industri Agus Nugraha, juga menegaskan soal kualitas produk yang diolah menggunakan gas bumi dan masalah lingkungan tersebut.

“Pemakaian bahan bakar selain gas bisa membuat genteng hasil produksi bercorak hitam. Tidak bersih. Sudah begitu, asapnya pasti jadi polusi,” tutur Agus, Selasa.  

Fokus dan pengembangan

Saat ini, fokus distribusi gas bumi di Cirebon adalah rumah tangga. Menurut Ade, hingga akhir 2016 ditargetkan ada tambahan 506 pelanggan baru dari segmen ini. Meski begitu, pelanggan segmen industri juga terus tumbuh.

“Ada 340 pelanggan baru yang sudah terealisasi. Kalau untuk industri akan ada penambahan 14 pelanggan baru,” sebut Ade.

Agar target tercapai dan layanan terus tumbuh, PGN pun memperluas infrastruktur pipa gas. Pada tahun ini, perluasan layanan area Cirebon sudah merambah wilayah industri Kanci-Brebes.

“Ada penambahan 5 kilometer jaringan pipa yang sudah bisa dioperasikan pada November (2016),” ujar Ade, sembari menyebutkan pengembangan infrastruktur itu dimulai pada Julil 2016.

Menurut Ade, saat ini dua dari 14 pelanggan industri baru sudah mulai mendapatkan layanan gas bumi, yaitu garmen serta pengolahan plastik menjadi toren penampung air dan tutup galon.

“Yang lain akan menyusul saat proyek Kanci-Brebes selesai pada November. Beberapa adalah industri makanan, yaitu pabrik soun. Mereka beralih dari bahan bakar minyak dan kayu bakar ke pemakaian gas bumi,” lanjut Ade.

Menurut Ade, potensi pertumbuhan pemanfaatan gas bumi di sektor industri tak terlepas dari rencana pembangunan Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka. “Para pengembang kawasan industri mulai melirik ke kawasan ini,” kata Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com