Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahana Securities: Saham Otomotif Merangkak Naik

Kompas.com - 04/11/2016, 08:30 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah dua tahun mengalami kelesuan, geliat ekonomi mulai dirasakan pada semester dua tahun ini oleh sejumlah sektor, termasuk otomotif.

Ekonom dan analis sepaham bahwa pemulihan yang terjadi saat ini bukanlah bersifat sementara, namun diyakini pemulihan yang terjadi saat ini baru permulaan saja dan bakal akan semakin membaik pada 2017.

"Masa-masa yang terburuk itu telah berlalu, meski pertumbuhan masih akan flat sampai akhir tahun ini, namun tahun depan pemulihan akan  semakin terasa," kata analis Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza, melalui keterangan tertulis, Jumat (4/11/2016).

Salah satu sektor yang akan menikmati pemulihan ekonomi adalah sektor otomotif yang pselama dua tahun terakhir ini mengalami permintaan yang sangat rendah.

Indikator-indikator perekonomian seperti tren penurunan suku bunga, inflasi stabil rendah, penguatan nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi yang membaik menjadi gula-gula bagi sektor otomotif.

"Bahana memperkirakan dengan perekonomian yang bakal tumbuh  5,4 persen pada tahun depan, akan mendorong kenaikan volume penjualan mobil sebesar 15 persen menjadi 1,2 juta unit pada 2017," kata Henry.

Proyeksi volume penjualan itu sudah naik dari tahun ini yang sebesar 1,04 juta unit, dan hampir mendekati volume penjualan 2014 yang sebesar 1,21 juta unit.

Rupanya, kata Henry, hengkangnya PT Mazda Motor Indonesia dan PT Ford Motor Indonesia dari pasar domestik tidak memberi pengaruh besar terhadap permintaan mobil karena market share kedua distributor mobil ini masing-masing hanya sekitar 1 persen.

"Market share terbesar masih dipegang oleh PT Astra International yang diperkirakan akan mencapai 58 persen pada 2017, melesat naik dibanding pencapaian  2015 sebesar 50 persen," kata Henry.

Selain itu, membaiknya harga komoditas juga menjadi angin segar bagi permintaan kendaraan roda empat di luar pulau Jawa.

Pasalnya, bila harga komoditas stabil saja di level saat ini hingga tahun depan, maka pendapatan masyarakat di luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera akan naik.

"Dan itu akan mempengaruhi kenaikan permintaan mobil yang akan ikut terdongkrak," ucapnya kemudian. Meski begitu, masih ada beberapa sentimen negatif yang bisa mempengaruhi penjualan mobil tahun depan.

Menurut Henry bila pemerintah menerapkan electronic road pricing (ERP), dan bila harganya kemahalan, maka akan mempengaruhi penjualan mobil murah.

Demikian juga halnya bila pemerintah menaikkan pajak untuk kendaraan low cost green car (LCGC) menjadi 10 persen, maka hal ini bisa mengurangi permintaan mobil.

Laba Meningkat

Permintaan mobil yang merangkak naik tentunya berpengaruh terhadap pendapatan dan laba bersih perusahaan-perusahaan yang memproduksi mobil di dalam negeri. 

Seperti Astra International, Indomobil Sukses International dan Gajah Tunggal. Apalagi perang diskon antara produsen mobil ini sudah mulai berkurang.

''Tahun lalu perang diskon harga untuk kendaraan bermotor gencar sekali, namun secara perlahan pemberian diskon sudah berkurang sejak tahun ini dan itu akan berlanjut hingga tahun depan. Sehingga tingkat profitabilitas produsen mobil akan membaik," ujar Henry.

Atas dasar itu, Bahana menaikkan proyeksi laba bersih Astra (ASII) menjadi Rp 20,09 triliun dari proyeksi sebelumnya sebesar Rp 19,75 triliun untuk 2017.

Sedangkan akhir tahun ini ASII diperkirakan akan membukukan laba bersih sebesar Rp 16,36 triliun.

Adapun total penjualan diperkirakan akan mencapai Rp 206,94 triliun, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar Rp 201,62 triliun. Sedangkan akhir tahun ini total penjualan diperkirakan mencapai Rp 182,47 triliun.

Henry menilai, Astra sudah mulai mengeluarkan produk-produk LCGC yang disukai oleh masyarakat pada kuartal tiga seperti Calya dan Sigra. Strategi ini akan mampu mendongkrak penjualan mereka untuk tahun depan.

"Sedangkan produsen lainnya masih menunggu perbaikan ekonomi dulu baru nanti mereka akan mengeluarkan produk baru," kata Henry.

Bahana memberikan rekomendasi beli untuk ASII, IMAS dan GJTL dengan target price ASII Rp 10.000, target price IMAS sebesar Rp 2.000, dan target price GJTL sebesar Rp 1.700 untuk sepanjang 2017.

Kompas TV Bisnis Otomotif Kembali Bergairah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com