Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Demo Sejuk 411 dan Ekonomi yang Menjanjikan

Kompas.com - 09/11/2016, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Sejauh ini, Indonesia bisa dibilang cukup liat dalam menghadapi pelemahan ekonomi global. Menurunnya transaksi perdagangan dunia dan jatuhnya harga-harga  komoditas yang jadi andalan Indonesia bisa diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang massif dan penguatan industri di dalam negeri.

Dengan fundamental ekonomi yang makin kuat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2016 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan III 2016.

 

Pada  triwulan IV 2016, sebagian besar dana repatriasi program tax amnesty yang totalnya mencapai Rp 142,63 triliun diperkirakan akan terealisasi.

Dana-dana repatriasi itu akan diinvestasikan di Indonesia dalam berbagai bentuk, mulai dari investasi di pasar modal hingga investasi langsung semisal membangun pabrik.

Kredit perbankan sejauh ini memang masih rendah. Posisi kredit pada akhir Agustus 2016 sebesar Rp 4.146 triliun, tumbuh hanya 6,8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.  Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 2009 saat terjadi krisis keuangan global.

Lemahnya pertumbuhan kredit terjadi karena permintaan kredit dari korporasi sangat rendah menyusul penurunan kinerja korporasi akibat lesunya perekonomian. Dalam setahun terakhir, korporasi melakukan konsolidasi sekaligus mengerem belanjanya.

Di sisi lain, perbankan juga berhati-hati menyalurkan kredit akibat meningkatnya kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang mencapai 3,2 persen per Agustus 2016.

Namun, para bankir memperkirakan angka NPL sebesar 3,2 persen sudah merupakan puncaknya.

Artinya, NPL tidak akan lebih tinggi lagi. Alasannya, seiring konsolidasi yang dilakukan debitor-debitor besar dan menengah selama setahun belakangan ini, potensi NPL dalam jumlah besar semakin berkurang.

Dengan kata lain, korporasi yang berpotensi bangkrut sudah jauh menurun dibandingkan sebelumnya.

Di sisi lain, seiring membaiknya perekonomian, korporasi menengah besar mulai kembali melakukan ekspansi sehingga berpotensi mendorong permintaan kredit. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi tentu akan menekan rasio NPL.

Terlebih lagi, suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah republik yakni sebesar 4,75 persen.

Suku bunga acuan yang rendah ini akan membuat suku bunga dana dan suku bunga kredit perbankan terus berada dalam tren menurun.

Sejak Januari 2016 hingga Agustus 2016, rata-rata suku bunga kredit telah turun 52 basis poin menjadi 12,31 persen.

Tahun depan, suku bunga kredit kemungkinan akan masuk ke zona satu digit. Dampaknya, pertumbuhan kredit akan tumbuh lebih cepat.

Jadi, fundamental ekonomi Indonesia kini tengah berada dalam kondisi yang lumayan bagus untuk terus melaju.  

Kompas TV BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016 5,1%
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com