Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2016, Tahun yang Menguji Kesabaran Seorang Susi Pudjiastuti

Kompas.com - 16/12/2016, 11:00 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

Belakangan, Luhut merasa dibentur-benturkan dengan Menteri Susi.

(BACA: Susi Ancam Mundur, Luhut Minta Pejabat Negara Tak Saling Dibenturkan).

Susi vs Pengusaha soal Mogok Nelayan

Menteri Susi kembali disorot publik lantaran aksi mogok nelayan, buruh perikanan dan anak buah kapal (ABK) di Muara Baru, Jakarta Utara pada Senin, 10 Oktober ditanggapi dingin Menteri Susi.

Namun ia menilai aksi itu bukanlah murni atas aspirasi nelayan. Justru kata Susi, aksi mogok tersebut dimotori oleh para pengusaha.

Menurut Susi, persoalan tarif sewa lahan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Muara Baru, merupakan persoalan bisnis antara Paguyuban Pengusaha Perikanan Muara Baru (P3MB) dengan Perum Perikanan Indonesia (Perindo).

Dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan, Perindo bisa menaikkan tarif sewa lahan menjadi Rp 61.500 per meter persegi per tahun, naik 48 persen dari tarif sebelumnya.

Namun, Paguyuban Pengusaha Perikanan Muara Baru (P3MB) menolak rencana tersebut. "Kenapa urusan negara harus terganggu oleh lima orang pengusaha?" kata Susi kepada wartawan di Kantor KKP, Jakarta, Rabu (12/10/2016).

Di luar rentetan peristiwa itu, Susi menyampaikan harapannya kepada para awak media. Harapan itu ia sampaikan saat berbincang-bincang santai di kediaman dinasnya di kompleks Kartika Chandra, Jl Gatot Subroto Jakarta Selatan.

"Mudah-mudahan tahun depan kita masih bertemu, tidak ada perubahan politik yang aneh-aneh," ucap ia.

Susi mengaku masih betah berada di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun, ia mengatakan telah bersiap-siap untuk pulang kampung jika program-program KKP tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Namun demikian, perempuan berusia 51 tahun itu tidak menjelaskan lebih jauh atas harapannya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com