Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Belanja 2016 dan Harga Sembako Kita

Kompas.com - 04/01/2017, 07:30 WIB
Murniati Mukhlisin

Penulis

Rupiah memang menguat, tapi kami tidak merasakan dampak dari segi kekuatan belanja. Pedagang enggan menurunkan harga barang yang sudah dinaikkan sebelumnya.

Sebagai pembuka tahun 2017, Sakinah Finance melakukan riset kecil mengenai harga Sembako di beberapa negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kanada, Inggris, dan Saudi Arabia. 

Perbandingan ini ditujukan untuk melihat daya beli keluarga Indonesia dengan pendapatan yang dimiliki. Meski ada ketidaksesuaian dari sisi skala dan jenis, survei ini memiliki deviasi sekitar 20 persen.

Sakinah Finance berterima kasih kepada para kontributor info harga yaitu Rosadi dan Dewi (Bogor), Mimi dan Anda (Kuala Lumpur), Cicik dan Ria (Toronto), Siska dan Desy (Glasgow), serta Aisyah dan Deliana (Mekkah dan Jeddah).

Harga dicek juga di beberapa pasar dan swalayan pusat statistik di negara–negara terkait dengan pilihan harga standar murah dan kurs tukar akhir Desember 2016.

 

Table Harga Sembako

(Harga dalam rupiah)

Dari tabel dapat dilihat bahwa harga sembako di Malaysia ternyata yang paling rendah dari semua sampel, sementara Kanada yang paling tinggi.

Kalau kita analisa, konsumsi per orang dalam satu hari berdasarkan standar Kementerian Kesehatan RI untuk GGL dan standar kontributor riset ini, seseorang memerlukan beras setengah kilo, gula pasir 50 gram, sayur-sayuran 500 gram, ayam 250 gram, minyak goreng 50 ml, susu 200 ml, telur sebutir, gas atau listrik untuk masak perhari pemakaian, dan garam 5 gram.

Total Sembako yang dikonsumsi perhari adalah (mulai dari paling rendah hingga paling tinggi), sebesar Rp. 21.428 (Malaysia), Rp. 27.250 (Indonesia), Rp. 28.625 (Inggris), Rp. 31.534 (Arab Saudi), dan Rp. 47.872 (Kanada).

Dari survei sederhana ini kita melihat bahwa beban belanja keluarga Indonesia cukup berat. Dengan Upah Minimum Regional (UMR) setengah dari Malaysia, keluarga Indonesia harus bertahan hidup dengan harga sembako yang lebih tinggi dibanding warga Malaysia.

Mirisnya, dengan pendapatan UMR sepersepuluh dari Inggris, keluarga Indonesia juga terpaksa membayar harga Sembako hampir sama dengan warga Inggris. Untungnya harga sewa tempat tinggal menyeimbangi yang relatif jauh lebih murah di Indonesia dibanding di Inggris.

Lantas berapa tingkat UMR yang kita harus miliki? Atau berapa harga Sembako yang harus kita turunkan? Jawabannya adalah keduanya tapi faktor harga Sembako yang seharusnya makin dapat dikendalikan dibanding pendapatan karena setiap instansi rata–rata sudah mengacu kepada UMR dengan kenaikan berkala per tahun.

Siapa pengendali harga?

Setiap negara punya kementerian atau tim khusus untuk mengontrol harga pasar. Di Indonesia ada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang merujuk kepada Undang–Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Peraturan Presiden RI No. 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, dan peraturan lainnya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com