“Untuk masuk pasar modern, kan, syaratnya pakai kemasan dan ada label.” katanya.
Ingin cetak sarjana
Meski berpendidikan rendah, Mumu bisa membuktikan sukses merintis usaha produksi pindang dan bandeng presto. Bahkan, tamatan sekolah dasar (SD) ini bisa mempekerjakan 12 orang lulusan SMA. Memang, usaha bisa berkembang sampai sekarang ini tidak lain berkat kegigihannya dalam berusaha yang pantang patah arang. Kesulitan hidup yang telah dilaluinya justru menempa Mumu, sapaan akrabnya menjadi sosok yang bermental baja. “Sejak umur empat tahun, bapak saya sudah meninggal,” ujarnya.
Tinggal pun di rumah kayu yang sempit hanya berpintu satu dan dua jendela, karena kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Terlebih setelah bencana gunung meletus. Akibat tidak punya biaya, ia terpaksa putus sekolah. “Saya bukan tak mau bersekolah, tapi buat makan saja susah,” aku Mumu.
Padahal di sekolah dari kelas 1-6 SD dia selalu ranking pertama. Bahkan, kala itu, untuk masuk ke sekolah negeri pun tak perlu tes lagi karena nilainya sudah melebihi. “Guru saya bilang, kamu masuk SMP negeri tak per ujian lagi,” ungkapnya.
Bagi Mumu, pendidikan sangat penting sebagai bekal hidup agar bisa bersaing. Ia dulu tak berpendidikan pun bisa namun berhasil berusaha karena kondisinya beda dengan sekarang. Sebab itu, ia bertekad agar semua anak-anaknya bisa meraih gelar sarjana. Dari lima anak, satu sudah lulus kuliah dan menikah. Anak kedua, kuliah di Bandung. Sedangkan anak ketiga sampai kelima masih sekolah di jenjang pendidikan dasar dan menengah.
“Walau saya hanya tamatan SD, anak-anak minimal harus menjadi sarjana. Alhamdulillah, sekarang kami ada rezeki sedikit, jadi pendidikan anak menjadi prioritas utama,” ujar Mumu. (Dadan M. Ramdan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.