Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Bangsa Produksi Pesawat, Indonesia Bisa Kurangi Impor

Kompas.com - 11/02/2017, 10:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri dirgantara dalam negeri akan kembali unjuk gigi, setelah proyek dua pesawat buatan anak bangsa yakni R80 dan N245 masuk kedalam daftar proyek strategis nasional.

Dengan memproduksi pesawat secara mandiri, Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri penerbangan domestik dan tidak lagi mengimpor pesawat.

"Kita jangan belanja (pesawat) dari luar terus. Kita punya pesawat yang bisa kita pakai. Yang kita buat sendiri. Ini pasar yang harus kita isi," ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta, Jumat (10/2/2017).

Putu menilai, saat ini Indonesia sudah memiliki kemampuan dalam menjawab tantangan industri penerbangan, salah satunya melalui PT Dirgantara Indonesia (DI).

"Kemampuannya sudah ada. Investasi sudah banyak di PT DI. Kita harus punya. Tidak harus isi 100 persen (kebutuhan), isi 30 persen dari market sudah bagus. Apalagi kalau 50 persen. Kalau 100 persen butuh waktu," jelasnya.

Adapun pesawat yang akan dikembangkan adalah jenis N245 yang dikembangkan oleh PT DI dan R80 oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI).

"Karena kita lihat pertumbuhan penumpang sekarang di Indonesia dan dunia sangat tinggi, di atas 15 persen per tahun. Pertumbuhan kepemilikan pesawat juga antara 7 persen-8 persen," ujarnya.

Putu menegaskan, dengan kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan dan dipisahkan oleh laut, maka penggunaan pesawat sebagai trabsportasi antarpulau menjadi krusial. Dengan itu permintaan pesawat terbang, khususnya pesawat kecil diprediksi terus meningkat.

Selain itu, transportasi antarpulau dengan jarak tempuh pendek hingga menengah, sangat tidak efisien jika menggunakan pesawat bermesin jet. "Jika jaraknya dekat menggunakan mesin jet itu mahal, dan akibatnya umur pesawat jadi pendek. Umur ditentukan dari berapa kali dia take off (terbang) dan landing (mendarat). Kalau jarak dekat pakai baling-baling kan bisa hemat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com