Passion coach yang juga penulis best seller dari buku Broken, Lakukan Dengan Hati, Ini Cara Gue, dan Passion!–Ubah Hobi Jadi Duit. Gaya penulisan dan gaya panggungnya jenaka, nyeleneh, blakblakan, kreatif, dengan materi praktikal. Biasa dipanggil Coach D, ia adalah anggota dan coach tersertifikasi dari ICF (International Coach Federation), yang memusatkan diri pada pengembangan passion dan profesi.
Instagram dan Twitter @dedydahlan
YouTube Dedy Dahlan
KOMPAS.com - Kata resign terbukti sebagai salah satu kata populer di kalangan pekerja. Saking populernya, saat dahulu saya memuat artikel “Bagaimana menemukan Passion tanpa resign” di situs saya, situs saya sampai crash karena banyaknya pembaca yang datang berombongan pada saat yang sama.
Ada kemiripan antara orang resign dan putus cinta. Sama- sama melepaskan yang lama, menyambut yang baru, dengan diselingi ‘galau’ di tengah- tengahnya. Mungkin bedanya, kalau orang resign alasannya ingin mencari yang lebih baik, kalau putus cinta alasannya karena, ehm… “kamu terlalu baik”.
Tapi seriusnya nih. Walaupun saya pernah memberi tips tentang cara menemukan passion tanpa harus resign, dan saya merasa bahwa langkah untuk resign harus dipertimbangkan matang- matang, ternyata ada kalanya, resign perlu dilakukan, bahkan menjadi solusi hidup yang tepat.
Ada kalanya, Anda harus mempertimbangkan serius, “Apa ini saat yang tepat untuk resign?”
Kali ini, saya ingin membagi sedikit tanda- tanda yang menunjukkan, bahwa ini mungkin saat yang tepat untuk Anda berdiri dari kursi Anda, masuk kantor bos Anda, dan menempelkan surat resign di mejanya.
Alasan untuk resign
Tidak ada alasan yang ‘tepat’ dan ‘baik’ untuk resign, yang sama untuk semua orang. Setiap orang berbeda- beda, dengan nilai hidup dan prioritas yang berbeda- beda pula.
Jadi pertama- tama, yang harus kita sadari saat mempertimbangkan untuk resign, adalah kita perlu menggunakan standar nilai- nilai kita sendiri, bukan berdasarkan nilai- nilai ‘umum’ orang lain, nilai tetangga, nilai sepupu, apalagi nilai- nilai komentator di TV itu.
Beberapa orang bisa resign karena masalah uang. Beberapa orang, tidak mempermasalahkan uang, namun resign karena masalah harga diri.
Beberapa orang lain, resign dari pekerjaan dengan uang besar, karena kurangnya kebebasan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.