Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya, Jalan Tol yang Tak Terlalu Mulus Itu Kelar Juga..

Kompas.com - 15/04/2017, 21:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Alhasil, dengan berbagai hambatan tersebut, jalan bebas hambatan itu akhirnya selesai setelah delapan tahun ketika mulai dibangun 2009.

Namun, jika dihitung mulai dari perencanaannya pada tahun 2000, maka butuh waktu 17 tahun bagi Indonesia merealisasikan sebuah rencana pembangunan jalan tol tersebut.

(Baca: Dibangun 8 Tahun, Jalan Tol Akses Tanjung Priok Siap Dibuka)

Sejurus kemudian Jokowi teringat, proses pembangunan jalan tol lingkar luar barat 2 (JORR W2) juga nasibnya tidak lebih baik.

“Sama itu juga mundur 15 tahun, gara-gara 143 KK yang tidak mau dilewati, yang tidak mau dibebaskan. Saya ketemu 5-6 kali dengan masyarakat saat itu, dan Alhamdulillah saat ini sudah selesai,” kata dia.

Daya Saing

Tol akses Tanjung Priok ini nantinya akan dilewati kurang lebih 3.600 kontainer per hari. Sebuah pergerakan barang yang amat besar. Atas dasar itu, Jokowi ingin mengingatkan kepada semua masyarakat bahwa Tanjung Priok adalah pelabuhan utama di Indonesia (main port).

Darinya, barang keluar-masuk dari dan ke Indonesia, untuk kemudian didistribusikan ke seluruh penjuru nusantara.

“Semuanya ngumpul di sini. Maka begitu sini tidak lancar, tidak cepat, maka semuanya akan menjadi lambat,” kata mantan Walikota Surakarta itu.

Mengakhiri sambutannya, Jokowi berharap keberadaan tol akses Tanjung Priok ini dapat mempercepat keluar-masuk kontainer dari dan ke pelabuhan. Dengan demikian, daya saing produk Indonesia bisa meningkat.

Sementara Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berharap biaya logistik bisa turun, seefisien di Malaysia bahkan Singapura.

“Kita (Indonesia) harus sama dengan Singapura dan Malaysia,” kata Menhub Budi Karya.

Mengutip data Bank Dunia, indeks kinerja logistik atau Logistic Perfomance Index (LPI) Indonesia pada tahun 2016 berada di peringkat 63 dengan skor 2,98.

Kinerja logistik Indonesia jauh di bawah Malaysia yang berada di peringkat 32 dengan skor 3,43 dan Singapura yang menduduki peringkat 5 dengan skor 4,14.

Ada enam indikator yang digunakan Bank Dunia untuk mengukur LPI, yaitu meliputi customs, infrastruktur, kompetensi/kualitas jasa logistik, timeliness, international shipments serta tracking and tracing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com