Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Menakar Proyeksi Pemerintah untuk Menekan Harga Karet

Kompas.com - 09/03/2019, 19:48 WIB
Mico Desrianto,
M Latief

Tim Redaksi

Kedepan, Presiden juga meminta agar penggunaan aspal karet tidak hanya terhenti di tiga provinsi itu saja, tetapi di seluruh Indonesia.

Kemudian langkah selanjutnya, Presiden mengarahkan peluru program kepada Menteri Perindustrian agar jangan terlalu banyak mengirim bahan mentah ke luar negeri dan fokus pada tahap hilirisasi.

"Kita bangun pabrik-pabrik di dalam negeri untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti ban. Dengan memiliki industri-industri yang berkaitan dengan bahan baku karet, harga di pasaran jadi lebih baik dan tidak lagi bergantung dengan kondisi global," ucap Jokowi.

Terakhir, dirinya mengaku telah menginstruksikan BUMN agar membeli karet hasil perkebunan petani yang tentunya dengan harga sepadan.

Menyikapi instruksi Presiden Jokowi, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono menambahkan bahwa langkah menggunakan karet sebagai campuran aspal merupakan solusi tepat untuk memperbaiki harga yang ada di pasaran.

"Dengan pemerintah membeli karet ke petani seharga Rp 9 ribu per kilogram, bayangkan kalau ini bisa berlaku secara nasional, akan jadi luar biasa," terang Kasdi.

Sementara itu, untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas perkebunan karet, lanjut Kadis, Kementan berencana melakukan replanting (peremajaan) dengan target 50 ribu hektar (ha) per tahun.

"Ada potensi replanting 750 ribu hektar. Ini oleh Pak Menko (Perekonomian) akan dikaitkan dengan industri pengolahan kayu. Jadi, nebangi dapat kayunya, terus baru ditanam," tutup Kadis.

Saat mengakhiri dialog dengan petani, Jokowi menuturkan bahwa dirinya berjanji akan terus mengikuti perkembangan harga karet hingga petani dapat tenang mendapatkan harga yang sesuai.

"Kita lihat lagi seperti apa dampaknya ke depan. Yang jelas, akan terus saya pantau," tutup Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com