Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tergiur Janji Cepat Kaya, Banyak Orang Jadi Korban MLM Abal-abal

Kompas.com - 12/03/2019, 18:50 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis Multi Level Marketing (MLM) banyak dilirik orang. Sebab, bisnis MLM sering menjanjikan keuntungan atau imbalan besar jika bergabung, tanpa memperhitungkan risikonya.

Penyidik Direktorat Tipidensus Bareskrim Polri Wawan Muliawan mengatakan, banyak yang menjadi korban bisnis MLM yang tak jelas karena tergiur dengan janji yang diberikan.

"Kita menjadi korbannya, karena apa? Bahwa kita berangan-angan untuk mendapat kekayaan dan pendapatan dengan mudah," kata Wawan dalam diskusi di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Baca juga: Kemendag: MLM dan Waralaba Didorong Online

Menurut Wawan, saat ini perkembangan zaman dan teknologi membuat bisnis ini semakin cepat menyebar. Infomasi keberadaannya cepat diketahui publik, sehingga masyarakat ramai yang ingin bergabung.

"Sekarang zaman sudah cukup maju, modern, kehidupan baik, uang banyak. Sampai kita bingung menyimpan uang itu di mana. Didukung dengan adanya informasi yang sangat mudah masuk kepada kita, (yang) baik maupun yang buruk termasuk masalah investasi ini," ujarnya.

Dia mengatakan, melihat kondisi dan keadaan masyarakat seperti itu, mulailah muncul bisnis MLM bodong. Banyak pihak yang memanfaatkan situasi itu tanpa mempertimbangkan dampak atau kerugian yang akan timbul.

Baca juga: Takut Disaingi, Pengusaha Jamu Minta Pemerintah Larang Jamu dari MLM

"Akhirnya, bahwa informasi itu didukung dengan keadaan kita memiliki dana cukup. Banyak pihak yang menyelenggarakan investasi secara ilegal dan kita yang menjadi korbannya," sebutnya

Ia menjelaskan, bisnis MLM pada dasarnya tidak ada yang salah dijalankan. Namun, ada oknum yang menyelenggarakan bisnis ini degan tidak semestinya, sehingga bisnis MLM banyak dianggap negatif dan tidak jelas.

Pola tindakan yang dilakukan oknum itu dikenal dengan skema piramida. Pola-pola inilah yang sering mengelabui masyarakat, hingga akhirnya menjadi korban penipuan.

Baca juga: Mengenal Bisnis MLM

"Bahwa kejahatan justru lawan dari MLM ini adalah skema piramida. Intinya, merekrut anggotanya dengan menjanjikan pembayaran atua jasa apabila mereka bisa merekrut orang lain untuk bergabung," ungkapnya.

"Intinya bahwa prestasi terhadap yang diberikan itu bukan dari hasil penjualan barang. Keuntungan itu diperoleh dari berhasil merekrut anggotanya," tambahnya.

Dikatakannya, ada beberapa ciri-ciri yang dapat membedakan bisnis MLM dan bisnis dengan skema piramida tersebut. Terkadang, sulit publik sulit membedakan ciri ini, apalagi jika sudah tergiur dengan janji atau imbalan.

Ciri itu antara lain menawarkan keuntungan besar dan cepat, menawarkan hal-hal baik padahal tipu belaka, dan beberapa lainnya.

Baca juga: Munas NU Haramkan Bisnis MLM, Ini Alasannya

"Terkait perkaran ini, biasanya berdampak sanagt luas. Karena korban banyak, ini tentunya mengganggu ketertiban dan keamanan," imbuhnya.

Selain itu, mereka yang menjadi korban bisnis bodong berkedok MLM ini cenderung memiliki pengetahuan rendah. Mereka sangat mudah percaya karena literasi tentang keuangan dan investasi sangat minim.

Bisnis ini juga sulit diberantas dan dibongkar karena sangat minim korbannya untuk melapor kepada pihak berwajib. Ini menjadi salah satu penghambat bisnis ini dituntaskan.

"Masyarkat enggan melapor, malu. Secara badan hukum tidak jelas, biasa mengecoh aparat, pelaku tidak kooperatif, termasuk menyembunyikan hasil kejahatan," paparnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Cegah Penyelundupan, Vietnam Ditawari Tanam Investasi Benih Lobster di RI

Cegah Penyelundupan, Vietnam Ditawari Tanam Investasi Benih Lobster di RI

Whats New
TikTok Gandeng Tokopedia, Teten Wanti-wanti Hal Ini

TikTok Gandeng Tokopedia, Teten Wanti-wanti Hal Ini

Whats New
Dentsu Creative Indonesia Sabet Penghargaan Kreatif di Citra Pariwara

Dentsu Creative Indonesia Sabet Penghargaan Kreatif di Citra Pariwara

Whats New
Cara Setor Tunai BNI di ATM dengan Mudah, Bisa Tanpa Kartu

Cara Setor Tunai BNI di ATM dengan Mudah, Bisa Tanpa Kartu

Spend Smart
Cara Memindahkan m-Banking BRI ke HP Baru Tanpa Harus ke Bank

Cara Memindahkan m-Banking BRI ke HP Baru Tanpa Harus ke Bank

Whats New
Super Air Jet Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK, Simak Persyaratannya

Super Air Jet Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK, Simak Persyaratannya

Work Smart
Buka Tabungan Luar Negeri Bisa di BRImo, Begini Caranya

Buka Tabungan Luar Negeri Bisa di BRImo, Begini Caranya

Whats New
Harbolnas 2023, Mendag Zulhas Ajak Konsumen Belanja Produk-produk UMKM

Harbolnas 2023, Mendag Zulhas Ajak Konsumen Belanja Produk-produk UMKM

Whats New
Ganjil Genap Berlaku di Puncak Bogor Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Ganjil Genap Berlaku di Puncak Bogor Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Whats New
Setuju Hilirisasi Ada Kekurangan, Bahlil: Yang Namanya Kita Kaya Bayi, Jatuh Bangun Biasa...

Setuju Hilirisasi Ada Kekurangan, Bahlil: Yang Namanya Kita Kaya Bayi, Jatuh Bangun Biasa...

Whats New
Ini Deretan Promo Shopee Puncak 12.12 Birthday Sale, Jangan Terlewat!

Ini Deretan Promo Shopee Puncak 12.12 Birthday Sale, Jangan Terlewat!

Whats New
Selama Nataru, Hanya Truk BBM-Pangan yang Boleh Beroperasi

Selama Nataru, Hanya Truk BBM-Pangan yang Boleh Beroperasi

Whats New
BPDLH dan UNDP Luncurkan 'Catalytic Fund', Apa Itu?

BPDLH dan UNDP Luncurkan "Catalytic Fund", Apa Itu?

Whats New
Di Hadapan Pengusaha, Ganjar Pranowo Beberkan 3 Cara Tarik Modal Asing Masuk ke Indonesia

Di Hadapan Pengusaha, Ganjar Pranowo Beberkan 3 Cara Tarik Modal Asing Masuk ke Indonesia

Whats New
DAMRI Buka Rute Yogyakarta-Jakarta-Tangerang PP, Ini Tarifnya

DAMRI Buka Rute Yogyakarta-Jakarta-Tangerang PP, Ini Tarifnya

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com