Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Jokowi Sebut Indonesia Punya Kekuatan Dagang dengan Negara Muslim

Kompas.com - 01/04/2019, 13:55 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rindi Nuris Velarosdela,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, mengungkapkan, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki modal besar dalam melakukan perdagangan dengan negara berpenduduk Muslim besar lain.

Dalam debat keempat Pilpres 2019 pada Sabtu (30/3/2019), Jokowi menyatakan bahwa modal itu tak hanya bermanfaat dalam diplomasi luar negeri, tapi juga dalam memasarkan produk Indonesia.

"Produk-produk yang memiliki kualitas yang baik yang masuk ke negara-negara yang memiliki penduduk Muslim, ini juga salah satu yang menjadi kekuatan dan negara kita," kata Jokowi.

Benarkah pernyataan tersebut?

Pernyataan Jokowi ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Perdagangan selama pemerintahannya. Misalnya, Indonesia memperkuat promosi perdagangan ke negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

"Ikatan sesama anggota OKI selama puluhan tahun ini dapat menjadi jembatan untuk meningkatkan ekspor nasional," ujar Pelaksana Tugas Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Tjahya Widayanti pada 22 Mei 2016.

Baca juga: Indonesia Perkuat Promosi Perdagangan ke Negara Anggota OKI

Saat ini, OKI beranggotakan sebanyak 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas Muslim yang berada di kawasan Asia dan Afrika.

Sementara, dilansir dari Nikkei Asian Review, Indonesia mendorong misi perdagangan berupa ekspor ke negara Muslim hingga dua kali lipat di era Jokowi-JK.

Setidaknya ada 13 misi dagang yang dikirim Indonesia, dengan sebagian di antaranya merupakan negara Muslim seperti Aljazair, Bangladesh, Maroko, Pakistan, Arab Saudi, dan Tunisia.

Selain itu, lima dari sembilan perjanjian dagang bilateral Indonesia pada tahun ini disiapkan untuk negara Muslim, seperti Iran dan Turki.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengungkapkan bahwa untuk perdagangan luar negeri, status Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia merupakan keuntungan.

Indonesia bisa melobi sesama negara mayoritas Muslim untuk membeli produk-produknya. Dengan demikian, Indonesia tetap bisa bersaing dengan negara besar lain seperti China.

"Misalnya, dalam bersaing dengan China, kami memiliki pendekatan identitas bersama sebagai negara-negara Muslims yang punya pedoman yang sama," ujar Oke.

"Kami memiliki persyaratan halal di sini dan mereka juga memiliki hal-hal seperti itu," kata dia.

Potensi

Menurut Nikkei, saat ini ada 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia atau 24 persen dari populasi global. Adapun, menurut data State of the Global Islamic Economy Report 2018/2019 oleh Thomson Reuters dan DinarStandard, kekuatan ekonomi Muslim diprediksi tumbuh hingga 3.007 miliar dollar AS pada 2023 atau naik 42,7 persen dibanding 2017.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com