Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Merasakan Dampak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

Kompas.com - 09/04/2019, 19:13 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dirasakan kelas sosial menengah dan atas.

Padahal, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen selama empat tahun terakhir seharusnya dapat mendongkrak upah buruh.

“Tapi kalau kita lihat dari pendapatan golongan menengah masih sangat tipis kenaikannya. Tahun 2016, buruh bangunan dan asisten rumah tangga naik tipis 100 ke 103 (poin). Bahkan buruh tani turun menjadi 99. Artinya, sebagian besar pertumbuhan ekonomi dinikmati kalangan menengah ke atas,” kata Faisal dalam diskusi di Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2019).

Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Masih jadi Penopang Utama Pertumbuhan Ekonomi

Faisal menjelaskan, secara umum Core memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih berkisar antara 5,1 persen sampai 5,2 persen. Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi, seperti dinamika global dan domestik.

Khusus global, perkembangan perang dagang antara AS dan China memiliki sentimen yang positif usai pertemuan kedua belah pihak bersepakat tidak meneruskan perang dagang.

“Dampak perlambatan global akan teredam dengan berakhirnya trade war. Menahan laju harga komoditas, meredam laju perlambatan ekspor, dan impor,” ujarnya.

Baca juga: Dua Faktor Ini yang Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi RI hingga 2020

Selain ketengangan AS dan China, kebijakan Bank Sentral atau The Feed diperkirakan akan lebih longgar dibanding periode pada tahun sebelumnya sehingga memberikan dampak. Sedangkan untuk domestik pertumbuhan konsumsi masih relatif stabil.

“Adanya pemilu akan mendorong pertumbuhan konsumsi ya, meskipun tidak secara signifikan,” tambahnya.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu cermati pemerintah hingga akhir tahun ini. Misalnya kecenderungan harga minyak dunia sebab akan memberikan implikasi pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.

“Terutama setelah pilpres dan juga dampaknya terhadap defisit migas, mengingat kita ingin memperbaiki neraca perdagangan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com