Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor-faktor Ini Sebabkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Konsisten

Kompas.com - 22/03/2019, 16:39 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang konsisten mencapai 5,2 persen hingga Maret ini dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal.

Dikatakan konsisten karena pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berada di kisaran 5 persen. Februari lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan faktor internal yang mendorong konsistensi pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi swasta, pemerintah, dan nonrumah tangga.

"Faktornya karena konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah maupun konsumsi lembaga negara nonrumah tangga berkaitan dengan persiapan untuk pemilu," kata Perry Warjiyo, Jumat (22/3/2019).

Menurut Perry, bantuan sosial yang tinggi dari pemerintah untuk masyarakat rendah juga menyebabkan tiga faktor di atas berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan mendorong daya beli masyarakat relatif tinggi.

"Stimulus fiskal untuk bantuan sosial yang tinggi mendorong konsumsi tinggi dan mendorong daya beli masyarakat, khususnya masyarakat rendah, sehingga konsumsi rumah tangga akan relatif tinggi di triwulan satu," ungkap Perry.

Selain ketiga faktor di atas, pertumbuhan kredit otomotif perbankan yang meningkat mendorong ekonomi domestik.

"Penjualan otomotif cukup baik sehingga mendorong ekonomi domestik. Sebagian karena kredit perbankan ke otomotif juga meningkat. Itu juga dibuktikan pada Januari pertumbuhan kredit meninggi sekitar 12,1 persen," ujar Perry.

Untuk faktor eksternal, terindikasi dengan tingginya investasi konstruksi meskipun dalam triwulan 1 investasi nonkonstruksi cenderung melambat.

"Investasi yang agak lambat dibandingkan triwulan berikutnya tetap masih cukup tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,2 persen," kata Perry.

"Kombinasi faktor ini menjadi motor penggerak ekonomi, pertumbuhan ekonomi karena konsumsi di atas 5 itu tinggi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com