Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Gaji PNS Tak Berdampak Signifikan pada Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 18/03/2019, 17:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Presiden Joko Widodo menaikkan gaji Pengawai Negeri Sipil (PNS) mulai April 2019 ini dinilai belum mampu menggerek konsumsi masyarakat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan gaji PNS sebesar 5 persen dinilai tidak bedampak signifikan pada kenaikan belanja masyarakat, khususnya PNS.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah meneken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedelapan Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS. PP ini mengatur tentang kenaikan gaji pegawai negeri sipil.

Baca juga: Gaji PNS Naik, Ini Besarannya

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kenaikan gaji PNS tersebut  belum signifikan dalam meningkatkan konsumsi masyarakat hingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal II. 

"Kalau kita bicara tentang kenaikan gaji pokok PNS perorangan, sebesar 5 persen itu tidak signifikan," ujar Lana kepada Kontan.co.id, Senin (18/3/2019).

Lana memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun ini sekitar 5,3 persen. Menurutnya, kuartal II adalah puncak pertumbuhan ekonomi di tahun ini.

Dia mengatakan, faktor pendorongnya adalah konsumsi yang tinggi lantaran adanya bulan puasa dan Lebaran di Mei dan Juni.

Baca juga: Gaji PNS Naik, Pengamat Ini Sebut Tak Lepas dari Agenda Politik

"Kalau pemilu tidak banyak pengaruh, lebih banyak karena efek puasa dan Lebaran," terang Lana.

Sementara itu, Lana memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I hanya akan berkisar 5,14 persen. Menurutnya, konsumsi rumah tangga di kuartal I masih melambat walau pertumbuhannya masih sekitar 5 persen.

Dia menduga masyarakat masih menunda belanja di kuartal I untuk dialokasikan di kuartal II.

Tak hanya konsumsi rumah tangga, Lana melihat belanja pemerintah di kuartal I belum maksimal. Hal ini melihat saldo rekening pemerintah di Bank Indonesia (BI) masih meningkat.

Baca juga: Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi RI Posisi ke-3 di Antara Negara G20

"Mungkin masih nunggu timing. Pemerintah kan masih menarik utang. Uang sudah terkumpul tetapi masih belum dipakai. Itu baru di rekening BI, belum rekening lain. Sampai Januari masih menumpuk. Spendingnya dimana, belum tahu. Tetapi rasanya akan dibelanjakan sebelum Pemilu," terang Lana.

Melihat pertumbuhan ekonomi hingga kuartal II, Lana mengatakan, akan sulit mencapai target pertumbuhan sebesar 5,3 persen di tahun ini. Menurutnya, bila ingin mencapai target tersebut setidaknya pertumbuhan ekonomi di semester I harus mencapai 5,4 persen, sementara pertumbuhan ekonomi di kuartal II akan melambat.

Untuk bisa mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen di tahun ini, yang menjadi faktor andalan selain konsumsi adalah belanja pemerintah dan investasi yang diharapkan bisa meningkat setelah pemilu.

Baca juga: Moodys: Pertumbuhan Ekonomi RI Turun di Bawah 5 Persen pada 2019-2020

"Masih banyak daftar yang harus diperbaiki. Belum kita bicara ekspor, ada potensi kalau mau surplus, impor dikurangi. Tetapi kalau impor turun, itu akan menurunkan pertumbuhan ekonomi," tambah Lana.

Lebih lanjut Lana menerangkan, bila pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa mencapai 5,1 persen hingga 5,2 persen di tahun ini sudah merupakan capaian yang baik. Pertumbuhan ini sudah masuk 4 tertinggi di Asia. (Lidya Yuniartha)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Kenaikan gaji PNS 5% tidak berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com