Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Perang Dagang, Ini Potensi Bisnis yang Bisa Diraih Indonesia

Kompas.com - 18/06/2019, 16:54 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China memang sangat besar terhadap negara-negara di dunia, tak terkecuali Indoneisa.

Selain China yang terdampak cukup besar, banyak negara lain yang kekuatan ekonominya melemah. Bahkan, pertumbuhan ekonomi secara global pun mengalami penurunan.

Tak boleh tinggal diam, Indonesia harus memanfaatkan momentum ini dalam rangka perluasan bisnis.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan, dengan terjadinya perang dagang, banyak industri mau merelokasi pabriknya dari China maupun kawasan yang exposure-nya sudah berlebihan ke kawasan lain.

Baca: 600 Perusahaan Surati Trump, Peringatkan Dampak Perang Dagang

"Menurut saya setiap triwulan ada perluasan pabrik di Indonesia akibat perang dagang," ujar Thomas di kantor BKPM, Jakarta, Selasa (18/6/2019).

Thomas mengatakan, sudah banyak pengusaha yang buka pabrik di China juga ekspansi ke Indonesia, Vietnam, dan negara Asia Tenggara lainnya. Bisnis yang paling banyak memperluas pabrik ke Indonesia antara lain elektronik dan peralatan rumah tangga.

"Industri elektronik rumah tangga kayak kulkas, microwave, LCD TV, itu kan sekarang cukup didominasi merek korea. Rantai produksi mereka dari 20 tahun lalu sudah tersebar di Asean," kata Thomas.

Sewaktu pasar di China skala ekonominya tumbuh berkali lipat, investor berbondong-bondong datang ke China. Namun, kata Thomas, dengan adanya perang dagang, para investor tersebut sekadar menjaga stabilitas sekaligus mengurangi laju pertumbuhan kapasitas di China.

Di saat yang sama, mereka menggeser fokus perluasan ke negara Asia Tenggara.

Bisnis lain yang potensial dikembangkan di Indonesia yakni pariwisata. Thomas mengatakan, tren pariwisata terus mengalami kenaikan. Dengan adanya perang dagang, potensi tersebut kian besar. Apalagi setelah munculnya imbauan pemerintah China kepada warga negaranya untuk tidak melakukan plesiran ke AS.

"Sebelum imbauan ini saja turis Tiongkok ke amerika sudah turun 6 persen. Apalagi ditambah dengan imbauan ini," kata Thomas.

Namun, ada saja masyarakat China yang tetap pergi ke AS. Sebagian juga beralih plesir ke negara lain, termasuk Indonesia.

"Kita harus cekatan untuk mempromosikan. Kalau diimbau tidak ke AS, liburan ke Asia Tenggara saja. Termasuk Indonesia. Jadi harus siap dengan tawaran yang konkrit," kata Thomas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com