Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Irigasi Air Tanah Dangkal, Cara Petani Magetan Cegah Puso

Kompas.com - 11/07/2019, 09:20 WIB
Alek Kurniawan,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Musim kemarau yang sudah melanda beberapa daerah di Indonesia mengakibatkan kekeringan lahan. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Magelang, Jawa Timur.

Direktur Irigasi Pertanian, di Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) Rahmanto menyebutkan, sistem irigasi air tanah dangkal menjadi salah satu solusi mengatasi masalah tersebut.

"Irigasi air tanah dangkal bisa menjadi solusi lokal untuk daerah yang tidak tercakup dalam sistem irigasi permukaan atau daerah pertanian lahan kering yang hanya bisa melakukan penanaman padi satu kali dalam setahun," ujarnya melalui rilis, Kamis (11/7/2019).

Baca juga: Antisipasi Musim Kemarau, Kementan Genjot Pembangunan Irigasi Pertanian

Air tanah dangkal dengan kedalaman sekitar 4 meter merupakan sumber air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, baik sebagai irigasi utama pada musim kemarau maupun untuk irigasi suplemen di musim gadu.

Selain itu, irigasi menggunakan air tanah dangkal dapat pula dilakukan dengan mesin pompa air berbahan bakar bensin atau solar.

Sebagai informasi, musim kemarau tahun ini dirasakan cukup pelik bagi petani Magetan. Pasalnya, 6 dari 18 kecamatan mengalami kekeringan.

Mulai dari Kecamatan Karas, Sukomoro, Panekan, Magetan, Ngariboyo dan Kecamatan Parang yang pada umumnya adalah sawah irigasi teknis.

Baca juga: Atasi Dampak Kekeringan, Kementan Gandeng 200 Personel TNI

Asal tahu saja, total luas lahan sawah yang terdampak kekeringan kurang lebih 195 hektar (ha).

Adapun umur tanaman bervariasi antara 40 - 85 hari setelah tanam (HST) serta tingkat kekeringan antara kering ringan, sedang, berat dan puso.

Tim Ditjen PSP Kementan dengan melibatkan Dinas Pertanian dan petani setempat pun langsung melakukan monitoring dan mendapatkan beberapa faktor penyebab kekeringan tersebut.

Di antaranya terdapat kerusakan pintu air Waduk Gonggang yang mengakibatkan turunnya debit air suplai irigasi. Semula, terdapat 350 liter per detik dan berubah menjadi 38 liter per detik.

Baca juga: Atasi Musim Kemarau, Kementan Terjunkan Tim Penanganan Kekeringan

"Sebagai akibatnya, diberlakukan sistem giliran air, tetapi tetap tidak bisa mengairi sawah sesuai kebutuhan," tutur Rahmanto.

Keadaan tersebut semakin diperparah dengan curah hujan yang sudah tidak turun selama 20 hari.

Termasuk, terbatasnya sumber air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan kekeringan sehingga alternatif penanganan jangka pendek dengan pompa air tidak dapat dilakukan.

Selain itu, banyaknya petani tidak mengikuti pola tanam musim kering yang telah dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten Magetan juga menjadi salah satu penyebab kekeringan.

Lebih lanjut, Rahmanto menuturkan upaya sudah dilakukan agar mencegah puso yang meluas di Magetan ini, yakni dengan mengusahakan irigasi air tanah dangkal.

"Sudah ada 14 unit sebenarnya, tapi masih belum maksimal. Makanya kemarin petani mengajukan lagi untuk  bantuan irigasi air tanah dangkal dan irigasi air tanah dalam untuk mengurangi dampak kekeringan agar tidak terjadi puso," tutur Rahmanto.

Irigasi air tanah dangkal bisa menjadi solusi lokal untuk daerah yang tidak tercakup dalam sistem irigasi permukaan atau daerah pertanian lahan kering yang hanya bisa melakukan penanaman padi satu kali dalam setahun.Dok. Humas Kementan Irigasi air tanah dangkal bisa menjadi solusi lokal untuk daerah yang tidak tercakup dalam sistem irigasi permukaan atau daerah pertanian lahan kering yang hanya bisa melakukan penanaman padi satu kali dalam setahun.

Upaya lainnya

Berbagai upaya lainnya pun dilakukan, mulai dari koordinasi antara Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Untuk perbaikan pintu Waduk Gonggang yang rusak akan dilaksanakan pada Oktober 2019.

Kemudian, petani dianjurkan melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam sesuai anjuran yang spesifik lokasi.

Hal ini sudah berdasarkan kondisi agroklimat setempat serta menggunakan varietas berumur genjah serta tahan kekeringan.

Baca juga: Hadapi Kekeringan di Indramayu, Kementan Siagakan Ratusan Pompa

Termasuk, sosialisasi dan penyuluhan tentang kondisi musim atau iklim kepada para petani agar petani memperoleh informasi yang cepat dan akurat tentang fenomena iklim yang akan terjadi yang dapat berdampak kepada kekeringan.

Hingga, pemberdayaan kelembagaan P3A menuju P3A yang mandiri sehingga mampu melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap kekeringan.

Semua itu dilakukan agar lahan sawah di Kabupaten Magetan yang tersebar di 18 Kecamatan seluas 28.250 ha bisa menghasilkan dan menopang produksi nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com