Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kabut Asap, Kemenhub Minta Operator Bandara Konservatif

Kompas.com - 15/09/2019, 16:08 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kabut asap belum juga mereda. Hingga hari ini, masih banyak penerbangan yang akhirnya delay atau bahkan terpaksa tak jadi terbang karena jarak pandang pendek.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun meminta operator bandara berhati-hati dalam membaca situasi pendaratan. Dia bilang dalam keadaan seperti ini, operator bandara harus lebih konservatif.

"Kita minta kepada Airnav dan operator AP II untuk sangat berhati-hati membaca situasi dan merekomendasikannya konservatif. Artinya, pada visibility tertentu pesawat dilarang mendarat," kata Budi Karya Sumadi di Jakarta, Minggu (15/9/2019).

Pasalnya kata Budi, kabut asap yang mendera daerah Sampit dan Pontianak masih tidak memungkinkan untuk penerbangan maupun pendaratan pesawat, meski masih ada beberapa pesawat yang bisa beroperasi saat situasi sedikit membaik.

Sementara di Riau, kabut asap terlihat lebih membaik dibanding hari sebelumnya.

"Asap kita lihat Riau sudah lebih membaik. Yang agak parah itu sekarang Sampit juga Pontianak. Sampit itu delay-nya lumayan. Ada yang cancel ada delay. Kalau pekanbaru cuma pagi saja delaynya tapi sudah membaik dengan hari sebelumnya," jelas Budi.

Meski demikian, Budi mengatakan pihaknya tidak melarang bandara untuk berhenti beroperasi saat situasi memburuk. Pun melarang maskapai untuk mendarat di sana.

Dia hanya mengimbau operator lebih konservatif, termasuk memberi informasi terkini dari waktu ke waktu.

"Kami tidak sampai melarang bandara. Tidak secara umum kita membatalkan tidak boleh ke sampit. Even Sampit masih ada penerbangan. Yang penting monitoring, memberikan informasi dari waktu ke waktu. Silakan maskapai penerbangan berkoordinasi dengan Airnav yang ada di sana bagaimana rekomendasinya," ujar Budi.

Berbeda dengan moda transportasi udara, Budi menjelaskan moda transportasi laut hingga kini masih aman dan terkendali sehingga belum ada evaluasi yang signifikan.

"Belum ada evaluasi signifikan. Karena kapal kecepatannya tidak secepat pesawat. Jadi visibilitynya (jarak pandang) masih bisa (terlihat)," ungkap Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com