Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butuh Waktu Dua Bulan untuk Normalkan Operasional Sriwijaya Air

Kompas.com - 03/10/2019, 13:09 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Armada Sriwijaya Air dikabarkan tak layak terbang setelah Garuda Maintenence Facility (GMF) AeroAsia menghentikan layanan perawatannya.

Penghentian layanan itu karena Sriwijaya Air dianggap tak mampu melunasi utang sebesar Rp 810 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Ari Askhara mengatakan, saat ini GMF AeroAsia memutuskan untuk kembali memberikan pelayanan perawatan pesawat kepada Sriwijaya Air.

“Kemarin kan memang kita stop layanan untuk maintenence-nya. Nah sekarang kita resume untuk kembali beroperasi,” ujar Ari di Jakarta, Kamis (10/3/2019).

Baca juga: Ini Alasan Garuda dan Sriwijaya Air Kembali Rujuk

Ari menyebut, pemberian layanan perawatan pesawat kepada Sriwijaya Air akan diberikan secara perlahan. Atas dasar itu, dia belum bisa memastikan seluruh armada Sriwijaya Air bisa kembali beroperasi.

“Kita harapkan dalam waktu dua bulan ke depan sudah normal seperti sebelumnya,” kata Ari.

Menurut dia, saat ini ada 18 pesawat Sriwijaya Air yang belum bisa beroperasi. Dalam waktu bertahap, pihak GMF AeroAsia akan memperbaiki pesawat-pesawat tersebut.

“Sekarang yang sudah dioperasikan 12 (pesawat), bertahap kita akan tambah terus. Nanti kita update terus ke market,” ucap dia.

Baca juga: Direktur Akui Beri Rekomendasi Sriwijaya Air Berhenti Beroperasi

Sebelumnya, Direktur Operasi Sriwijaya Air Fadjar Semiarto merekomendasikan agar maskapai tersebut menghentikan operasionalnya untuk sementara waktu. Sebab saat ini, dia menilai pesawat yang dimiliki maskapai itu berpotensi menimbulkan bahaya jika tetap beroperasi.

“Kalau dibilang sangat membahayakan (tidak), (tapi) berpotensi (berbahaya) iya. Karena dari sisi pesawat yang dirawat dalam kondisi yang limited berpotensi terjadi hal-hal yang di luar yang kita perkirakan,” ujar Fadjar di Jakarta, Senin (30/9/2019).

Fadjar menjelaskan, potensi bahaya muncul karena hazard identification and risk asessment (HIRA) operasional Sriwijaya Air menunjukan angka 4A. Artinya, jika ini tak segera dibenahi, maka operasional Sriwijaya Air bisa terganggu.

“Kalau kita tidak bisa perbaiki jadi kuning menurut safety menjadikan kami rawan dari hal-hal kondisi yang normal. Ini yang kami pikirkan,” kata Fadjar.

Baca juga: Akankah Sriwijaya Air Tak Terbang Lagi Menyusul Merpati dan Mandala Airlines?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com