Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi: Mutiara Palsu dari China Beredar di Indonesia

Kompas.com - 15/11/2019, 08:33 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) menyebutkan bahwa saat ini produk mutiara asal China mulai muncul di Indonesia.

Hal ini menjadi acaman yang cukup besar bagi industri penghasil mutiara di Indonesia.

Data International Trade Center menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi ke lima sebagai negara pengekspor mutiara dengan total transaksi 47,2 juta dollar AS. Posisi ini berhasil dikalahkan oleh Hongkong China yang menempati urutan pertama sebanyak 483,2 dollar AS.

Ketua Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia Antoni Tanios menyebutkan, di Lombok bermunculan mutiara-mutiara dengan harga yang murah. Mutiara itu disinyalir berasal dari China.

Hal ini jelas merugikan Indonesia karena market penjualan mutiara lokal bisa lesu.

Baca juga: Indonesian Pearl Festival 2019, Promosi Mutiara Lokal Kelas Dunia

“Di Lombok mutiara banyak tapi harganya tidak masuk akal. Kami bikin Indonesian Pearl Festival supaya buat edukasi ke masyarakat. Ini ada mutiara Laut Selatan dan Air Tawar. Air Tawar yang sangat murah,” ungkap Antoni di Gedung Mina Bahari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir Jakarta Pusat Kamis (14/11/2019).

Kemunculan mutiara dari China inipun sekaligus menimbulkan kekhawatiran akan image mutiara di pasar dunia. Selain kualitasnya berbeda, Turis asing yang membeli mutiara lokal akan tidak percaya lagi dengan kualitas mutiara Indonesia.

“Celakanya kalau turis beli, image-nya (mutiara) Indonesia enggak bagus. Masuknya dengan bentuk manik-manik. Karena harga murah, bisa beli berapa puluh kilo bahkan ton dan ini sangat merusak image kami,” jelas Antoni.

Antoni juga menjelaskan bahwa kualitas mutiara impor lebih jelek daripada mutiara asli. Ini mengingat bahwa proses pengiriman akan menggerus nilai jual mutiara dan menjadikannya mutiara low grade.

Maksudnya, mutiara-mutiara tersebut tidak tampak alami, namun dipolis dan dilapisi sedemikian rupa. Namun tetap saja yang palsu akan cepat pudar daripada mutiara asli.

Baca juga: Simak Tips Membeli Mutiara agar Tak Merugi

“Kami dapat kabar ada barang yang diselundupkan dengan memanipulasi data. Sampai saat ini kami belum tau siapa. Mutiara kalau dikirim pakai laut berisiko dan sangat reject,” ungkap Antoni.

Ratna Zhuhri selaku ketua Divisi Marketing Asbumi menyebutkan bahwa di Indonesia mutiara dengan kualitas asli tergerus oleh pasar mutiara impor.

Namun, untuk memitigasi persaingan tidak sehat ini, ia menghibau agar pemerintah memberi regulasi terkait dengan kriteria mutiara impor yang masuk ke Indonesia.

“Bukannya kita menghalangi mereka (mutiara) masuk ke Indonesia, tapi mereka harus masuk dengan kriteria. Dan kriteria itu belum terjadi saat ini. Seharusnya kita menjadi tuan rumah dari mutiara Laut Selatan yang kita hasilkan dan juga disebut Queen of Pearls,” ungkap Ratna.

Ia juga optimis ke depannya dengan dukungan dari pemerintah bukan tidak mungkin Indonesia bisa bersaing dan menggeser posisi ekspor China di pasar global untuk rector mutiara.

Baca juga: Investor China Jajaki Kerja Sama Budidaya Mutiara Air Laut di NTT

Agus Suherman selaku Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing KKP menyebutkan bahwa komoditas mutiara memiliki prospek untuk dikembangkan, karena menghasilkan potensi yang luar biasa sebagai income masyarakat dan negara.

“Jadi kita sebagai penghasil komoditas kelautan yang bernilai tinggi dan memiliki prospek untuk dikembangkan. Maka harus dibranding dan diangkat sebagai sumber pemasukan masyarakat dan devisa negara,” ungkap Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com