Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minat Jadi Freelancer? Ini Tiga Bidang yang Paling Diminati

Kompas.com - 17/11/2019, 17:51 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Pekerja profesional dengan keahlian di bidang analisis data, programming dan machine learning umumnya menikmati bekerja secara remote atau di luar kantor.

Berdaskan hasil analisis Freelancer, dalam laporan bertajuk Fast 50 Jobs Report, permintaan terhadap para profesional di bidang analisis data meningkat pesat dalam tiga bulan belakangan. Permintaan terhadap jasa para analais ini meningkat hingga 58,9 persen.

Sementara untuk permintaan terhadap pemanfaatan jasa oleh para ahli di bidang virtual assistant programming meningkat sebesar 55,6 persen.

Posisi ketiga jasa freelancer yang paling diminati adalah mereka dengan keahlian dalam menjalankan Microsoft Office yang tumbuh 54,2 persen dalam satu kuartal terakhir.

Baca juga: Sebelum Bekerja Freelance, Pertimbangkan 4 Hal Ini Dulu

Dikutip dari CNBC, Minggu (17/11/2019), ketiga keahlian dengan permintaan terbesar di atas hanya beberapa dari daftar panjang permintaan terhadap jasa freelancer yang tumbuh pesat dalam beberapa tahun belakangan, terutama bagi mereka yang bergerak di bidang teknologi.

Tak hanya data analis saja, bidang lain seperti machine learning dan system engineering, keamanan kompoten dan design visual juga menjadi bidang-bidang yang diminati oleh para pencari jasa freelancer.

CEO Freelancer Matt Barrie mengatakan, saat ini jasa yang digeluti oleh para freelancer kian beragam seiring dengan cara kerja yang kian kian bergerser. Banyak pekerjaan yang bisa dilakukan secara online.

"Nampaknya (sistem bekerja) saat ini akan mulai seperti komputasi awan. Di mana para pelaku bisnis hanya membutuhkan pekerja lokal untuk menjalankan bisnis, dan yang lainnya akan berjalan secara virtual," ujar dia.

Baca juga: Pekerjaan Freelance Jadi Solusi Keterbatasan Lapangan Kerja

Para pekerja lokal yang masih melakukan tatap muka sehari-harilah yang akan menjalankan bisnis inti dari perusahaan. Mereka tetap dibutuhkan lantaran dalam menjalankan usaha masih harus membutuhkan intereaksi satu sama lain.

Namun demikian, dalam skala luas pekerja virtual yang tak perlu bertatap muka dalam rutinitas harian juga menjadi perlu.

Kian bergesernya norma-norma bisnis dalam skala yang lebih luas, menurut Barrie, kian membuka kesempatan bagi para pegawai profesional untuk beralih menjadi pekerja freelance.

Perusahaan konsultan Amerika Serikat McKinsey bahkan memperkirakan sebanyak 27 persen pekerja AS saat ini bekerja secara freelance. Bahkan diprediksi, pada 2030 mendatang, jumlah pekerja freelance akan meningkat hingga 50 persen.

Hampir sepertiga dari para freelancer dalam penelitian tersebut merasa bahwa pekerjaan yang mereka jalani menjenuhkan.

Baca juga: Fenomena Pekerja Freelance Tak Sesuai Jurusan Kuliah Sudah Lama Marak

Namun demikian Barrie memaparkan, pekerjaan freelance juga menawarkan kesempatan yang besar, fleksibilitas, dan tentu saja bayaran yang menjanjikan.

"Hal yang paling penting dari menjadi freelance adalah Anda mendapatkan kesempatan untuk menikmati banyak hal yang tidak di dapatkan di pekerjaan tradisional. Menjadi freelance jauh lebih fleksibel dan memberimu lebih banyak kesempatan. Namun, Anda harus terus meningkatkan skill Anda dan sekaligus menjadi lincah di segala hal," ujar dia.

Pekerja freelance dengan pendapatan tinggi umumnya adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, memiliki skill komunikasi yang baik, cara berpikir yang terstruktur, hubungan yang baik dengan pelanggan, kreatif, dan memiliki keahlian di bidang tertentu.

"Mereka adalah jenis pekerjaan yang ingin Anda masuki," ujar Barrie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com