BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan SKK Migas

Eksplorasi, Kunci Indonesia Hadapi Tantangan Energi di Masa Depan

Kompas.com - 13/12/2019, 17:00 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sekitar empat dekade lalu, Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara produsen minyak terbesar di dunia.

Selama periode 1972-2006 itu, produksi minyak Indonesia menyentuh angka 1 juta barel per hari. Bahkan, data BP Statistical Review of World Energy – all data, 1965-2018 menunjukkan, angka tertinggi yang pernah diraih Indonesia adalah sekitar 1,6 juta barel per hari.

Sayangnya masa kejayaan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia itu tidak mampu bertahan cukup lama. Fakta menunjukkan, kini Indonesia bukan lagi salah satu produsen utama minyak dunia.

Malah dari tahun ke tahun jumlah konsumsi minyak nasional lebih besar dari pada jumlah produksinya. Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2019, konsumsi minyak Indonesia pada 2018 mencapai 1,785 juta barel per hari. Sementara produksinya, hanya sebesar 808 ribu barel per hari.

Mau tak mau pemerintah Indonesia melakukan impor minyak bumi untuk menutup defisit tersebut. Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), selama 2018 volume impor minyak mentah mencapai 16,9 juta ton dan minyak olahan sebesar 26,6 juta ton.

Untuk sektor gas, kondisinya agak berbeda. Menurut data BP Statistical Review of World Energy 2019, selama tiga tahun terakhir jumlah konsumsinya cenderung fluktuatif dengan jumlah produksi yang terus menurun.

Kondisi tersebut jelas memprihatinkan. Pasalnya, di masa mendatang ketergantungan Indonesia akan migas diprediksi masih sangat tinggi.

Data Outlook Energi Indonesia 2018 menyebutkan, kebutuhan energi di Indonesia pada 2050 mencapai 4.569 juta Setara Barel Minyak (SBM) dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) 40,1 persen.

Potensi migas Indonesia

Meski begitu, Indonesia bukannya tidak memiliki harapan. Sebaliknya, negeri ini diprediksi memiliki potensi sumber daya migas cukup besar.

Hal tersebut dibuktikan dengan teridentifikasinya 10 prospective area atau daerah yang dinilai sangat prospektif dan menyimpan potensi keberadaan migas dengan besaran signifikan.

Sepuluh area tersebut merupakan hasil diskusi dan perumusan yang dilakukan oleh 400 orang praktisi geologi dan geofisika dari berbagai latar belakang di acara Geology & Geophysics (G&G) Days 2018.

Acara tersebut diinisiasi oleh Divisi Perencanaan Eksplorasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) SKK Migas. Tujuannya, merumuskan konsep, ide, gagasan, strategi eksplorasi, serta menentukan area-area potensial yang dapat menjadi kandidat lapangan migas raksasa baru di Indonesia.

Kesepuluh prospective area itu, yakni Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center Play), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore.

Ada juga Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.

Dua nama terakhir merupakan area yang sangat menjanjikan. Pasalnya, area tersebut memiliki kondisi geologi sama dengan negara tetangga, Papua Nugini, yang telah terbukti menghasilkan lapangan-lapangan migas bercadangan besar.

Sumur Kaliberau Dalam (KBD) 2X di Blok Sakakemang, Desa Tampang Baru, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan diperkirakan baru bisa melakukan produksi sekitar 15 tahun kedepan.ISTIMEWA/HUMAS SKK MIGAS SUMBAGSEL Sumur Kaliberau Dalam (KBD) 2X di Blok Sakakemang, Desa Tampang Baru, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan diperkirakan baru bisa melakukan produksi sekitar 15 tahun kedepan.

Melansir Buletin SKK Migas April 2019, pada awal 2019, satu dari sepuluh area prospektif Indonesia tersebut, yakni Fractured Basement Play di Sumatra Selatan, terbukti menjadi salah satu penemuan sumber daya gas yang signifikan dalam 10 tahun terakhir di Indonesia.

SKK Migas dan Repsol sebagai operator mengungkapkan, potensi cadangan gas yang yang ada di Sumur Kaliberau Dalam (KBD) 2X di Blok Sakakemang, Desa Tampang Baru, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatra Selatan itu diprediksi mencapai 2 triliun kaki kubik.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, temuan itu berada di blok mature atau blok tua yang sudah berproduksi selama puluhan tahun. Ke depannya, Dwi pun optimis akan dapat menemukan cadangan-cadangan di blok tua lainnya.

"Ini blok mature tapi masih temukan cadangan baru dan potensi peningkatan produksi. Jadi, ini merupakan gambaran bahwa kita jangan terlalu pesimistis," ucapnya, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (18/2/2019).

Namun demikian, penemuan di Blok Sakakemang dan 9 prospective area lainnya itu tidak bisa langsung dirasakan manfaatnya. Oleh karena itu, kegiatan eksplorasi secara masif sangat dibutuhkan.

Upaya meningkatkan eksplorasi

Guna meningkatkan kegiatan eksplorasi itu, pemerintah telah melakukan penataan regulasi dan perizinan investasi di sektor hulu migas.

Dari 373 perizinan di 18 kementerian yang sebelumnya harus dikantongi investor migas, Kementerian ESDM kemudian mengurangi jumlahnya dengan mencabut 90 regulasi dan 96 sertifikasi/ rekomendasi/ perizinan.

Pemerintah bersama SKK Migas pun secara aktif memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan tentang pentingnya kegiatan eksplorasi hulu migas.

Tak ketinggalan, SKK Migas juga aktif melakukan roadshow dan data room ke puluhan investor potensial untuk menunjukkan area-area potensi migas Indonesia, yang masih under-explored dan berpeluang menemukan Giant Discovery.

Sebenarnya, masih banyak upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dan SKK Migas untuk terus meningkatkan aktivitas eksplorasi hulu migas di Indonesia. Informasi lengkapnya, telah Kompas.com rangkum dalam sajian Virtual Interaktif Premium (VIP) berjudul Eksplorasi Hulu Migas, Harga Mati.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com