Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Wajah Segar Erick Thohir

Kompas.com - 03/01/2020, 13:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TATKALA kabinet baru Presien Jokowi-Ma’ruf Amin diumumkan, banyak orang keliru tebak karena mereka menganggap tak ada terobosan baru. Membosankan. Menteri-menterinya banyak dari wajah lama.

Namun, tampilnya nama Erick Thohir, pengusaha muda yang energik, penuh bara idealisme, membuat segalanya berubah. Pemerintahan langsung terkesan bekerja keras.

Erick Thohir datang tentu dengan harapan yang membuncah untuk menggunakan tangan dingin kepengusahaannya untuk membenahi karut-marut pengelolaan ratusan BUMN di negeri ini.

Dan benar, baru resmi menjabat, Erick Thohir telah menjadi perhatian publik dengan gebrakan dan warna-warni kebijakannya.

Dari perombakan direksi dan komisaris sejumlah BUMN, mengubah konsep holding Rini M Soemarno, pembenahan di internal kementerian, hingga pelarangan bagi-bagi suvenir dalam kegiatan RUPS.

Baca juga: Erick Thohir Larang BUMN Beri Suvenir Saat RUPS, Ini Alasannya

Kini kita semua terbelalak dengan BUMN kita yang penuh persoalan berurat berakar, sistematis, dan merugikan negara triliunan. Bukannya memberi kontribusi ke negara, tetapi jadi beban.

Erick datang, semuanya jadi terang benderang bahwa sejumlah BUMN kita memang brengsek luar biasa.

Kita pun mulai bertanya, selama lima tahun terahir ini, Rini Sumarno memimpin kementerian BUMN dengan pemakluman di media betapa bagusnya BUMN di bawah kepemimpinannya. Asetnya luar biasa meningkat dan sebagainya dan seterusnya.

Kini, kita terpaksa mendendang ulang sebuah simponi lama dengan judul “Jangan ada dusta di antara kita.” Dahsyat kan?

Untuk sekedar menyebut beberapa contoh praktik bisnis BUMN kita selama ini. Berpartner dengan swasta, jangan harap saling menguntungkan. Swasta akan dikibuli dengan tangan-tangan birokrasi negara.

Ada BUMN yang jelas-jelas tidak memenuhi kewajibannya sesuai kontrak yang tertulis, tetapi pemilik perusahaan swasta yang menjadi mitranya, dipidanakan. Hebaaat kan?

Ada BUMN yang memilik sejumlah anak perusahaan lalu anak-anak perusahaan itulah yang datang ke pihak swasta yang menjadi mitra kerja BUMN.

Dengan berbagai dalih yang menakutkan dan mengintimidasi swasta, anak-anak perusahaan tersebut berpretensi menguruskan segala kendala administrasi dan birokrasi yang memang sengaja dibuat di BUMN.

Hasilnya, anak-anak perusahaan tersebut lalu diberi saham kosong dari pihak swasta. Hebat kan? Ini namanya tengkulaaaaak.

Baca juga: Erick Thohir Kembali Rombak Direksi BUMN, Kali Ini Giliran ASDP

Kita juga menyaksikan adanya BUMN yang menuntut salah satu kementerian negara karena merasa tanahnya dirampok. Padahal, Menteri tersebut jelas-jelas dalam Undang-Undang memiliki kewenangan mengatur kawasan yang dimaksud, sementara BUMN tersebut hanya ditopang oleh sebuah Keppres.

Hebatnya lagi, sudah kalah di tingkat kasasi Mahkamah Agung, tetap saja Dirut BUMN tersebut tidak menjalankan putusan lembaga hukum tertinggi kita yang sudah final dan mengikat. Hebaaaat kan?

Soal perilaku pada pengurus BUMN kita, jangan lagi kita berdebat. Seorang pejabat BUMN ke daerah, misalnya, maka para pegawai yang ada dalam wilayah kerja BUMN tersebut, wajib datang berbondong-bondong menjemput sang pejabat. Mobil-mobil berderet bagai semut.

Dan tahukah Anda siapa yang membayar sebagian mobil-mobil sewaan tersebut? Pihak swasta yang menjadi mitra kerja BUMN itu. Hebaaaaat kan?

Dua tahun lalu di bulan puasa, saya satu pesawat dengan salah seorang direksi bank pelat merah. Isterinya memakai kerudung Louis Vuitton yang mencolok, bajunya adalah Chanel, tasnya adalah Kelly Hermes, bersepatu kets Chanel lalu pakai gelang emas di betisnya.

Tuan direksi datang ke Makassar untuk menghadiri acara buka puasa bersama jajaran karyawan bank BUMN tersebut dan mitra-mitra kerjanya.

Datang ke daerah di bulan suci untuk memamerkan keperkasaan asesori. Di airport berjibun orang menjemputnya. Saat itu saya pikir Presiden Jokowi yang akan dijemput. Lalu lintas macet lantaran sang Pangeran BUMN datang ke daerah. Beginilah ahlak para pengelola BUMN kita.

Baca juga: Mengenal PT Iglas, BUMN yang Disebut Erick Thohir Sudah Sangat Sekarat

Saya sangat percaya Erick Thohir bisa membenahi itu karena beberapa alasan:

Pertama, Erick tidak punya beban apa pun.Tidak punya utang dan barter politik. Ia jadi menteri karena profesionalitas semata. Badannya enteng. Pikirannya tidak terbebani. Hatinya, karena itu, ihlas.

Hanya orang yang ihlas dan merdeka yang bisa berani. Bukan orang yang memiliki utang.

Kedua, Erick datang dari keluarga pengusaha. Ia paham betul apa artinya efesiensi dan rasionalitas. Ia maklum betapa sulitnya jadi pengusaha dalam berhadapan dengan lilitan birokrasi yang melampaui akal sehat.

Erick Thohir tentu mengalami derita lantaran waktu yang terulur terus menerus tanpa kepastian lantaran perilaku birokrat yang tuna ahlak.

Ketiga, Erick Thohir punya passion di dunia olah raga. Di dunia ini prinsip obyektivitas dan chivalry (kesatria) diterapkan. Anda ingin jadi champion, maka Anda harus bekerja keras siang malam, berkeringat, tahan banting, tidak takut menghadapi lawan di lapangan dan tidak minta bantuan wasit untuk mengalahkan lawan.

Berkebalikan dengan praktik bisnis BUMN kita, sangat terampil menekuk lawan bisnis dengan minta bantuan negara. Mau jadi pemenang tapi tidak mau berkeringat. BUMN kita bukan mental champion, tetapi looser alias pecundang.

Kalau boleh menitip usul ke Pak Menteri Erick Thohir, maka saya hanya ingin mengatakan, mohon para BUMN kita menghargai dan menjalankan kontrak yang telah disepakati dengan para mitranya. The contract must be honored, Sir. Melaksanakan kontrak adalah trust dan tidak ada bisnis yang bisa membawa berkah tanpa adanya trust.

Trust adalah dignity. Sebagian BUMN kita bukan hanya kehilangan coorporate culture, tetapi sudah kehilangan dignity.

Selamat bekerja Pak Menteri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com