Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Gejolak AS-Iran, Jangan Lupa Lindung Nilai Kekayaanmu!

Kompas.com - 08/01/2020, 15:24 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tensi hubungan dua negara, Amerika Serikat dan Iran, kian memanas.

Ini terjadi pasca-penyerangan pesawat tanpa awak oleh Amerika Serikat ke Baghdad, Irak, yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Solaemani.

Serangan tersebut memunculkan aksi balas oleh Iran dengan menembakkan 10 rudal yang menghantam pangkalan udara al-Asad di Irak, yang menampung pasukan AS.

Meski belum terjadi peperangan antar-kedua negara tersebut, tetapi beberapa indikator ekonomi mulai menimbulkan gejolak, salah satunya harga minyak mentah yang terus merangkak naik.

Harga emas pun turut merespons?sentimen tersebut dan sejak pekan lalu terus menunjukkan peningkatan.

Baca juga: Rudal Iran Hantam Markas Militer AS, Saham-saham Wall Street Jatuh

Menanggapi risiko gejolak pasar yang kian tidak pasti, Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini mengatakan akan lebih baik jika investor melakukan aksi lindung nilai atau hedging.

Sebab, dengan keadaan pasar keuangan yang sedang sensitif, nilai kekayaan bisa mengalami naik-turun dengan sangat pesat.

"Karena ada risiko pasar, kebutuhan Anda saran saya jika masih khawatir dengan market risk berarti perlu lindung nilai," ujar dia ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2020).

Dia pun mengatakan, sebenarnya investor tidak perlu khawatir dengan kondisi pasar ketika tujuan investasi yang dilakukan untuk jangka panjang. Sebab, pergerakan atau gejolak di pasar keuangan adalah hal yang wajar dalam jangka pendek.

Baca juga: Ketegangan AS-Iran Bakal Hambat Aliran Modal Asing ke Indonesia?

Menurut Mike, jika sudah tiba pada saatnya, dalam jangka waktu 5 hingga 15 tahun, akan terjadi perbaikan atau recovery.

Investasi apa yang menarik?

Namun demikian, tidak seluruh dana investasi yang dimiliki dialokasikan untuk lindung nilai. Instrumen yang menurutnya cocok sebagai instrumen lindung nilai adalah emas dan reksa dana pasar uang.

"Wisely speaking, jumlah tertentu harta anda bisa dialokasikan untuk lindung nilai. Bisa dengan emas, atau reksa dana pasar uang yang cenderung stabil," ujar kelas Mike.

Mike pun menegaskan, pada prinsipnya investasi sangat berbeda dengan trading.

Dengan demikian, perlu diperjelas apa yang menjadi tujuan seseorang ketika akan berinvestasi, apakah agar memiliki passive income atau mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar.

"Kalau tujuan investasinya ingin mendapatkan untung tinggi, tapi nanti, dananya enggak dipakai saat ini, maka timeline investasinya mesti jangka panjang. Itu prinsip yang perlu dipahami sehingga nanti akibatnya selalu berpasangan, antara keuntungan yang dihadapkan dan risiko yang diterima," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com