Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementerian ESDM Kembangkan Anoda Baterai dari Batu Bara, Bagaimana Caranya?

Kompas.com - 11/01/2021, 13:36 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) Badan Litbang menginisiasi penelitian anoda baterei dari bahan batu bara.

Koordinator Kelompok Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Slamet Handoko menjelaskan, pengolahan batu bara menjadi anoda baterai dilakukan dengan cara mengkonversi batu bara menjadi bahan baku pitch bernilai tinggi.

Batu bara akan diolah menjadi grafit sintetis yang merupakan bahan baku utama anoda baterai yang umum digunakan pada baterai peralatan elektronik.

Menurut Slamet, grafit akan menjadi salah satu komoditas yang paling dicari, sejalan dengan peningkatan penggunaan baterai kedepannya.

Baca juga: Dukung UMKM Naik Kelas, ini Langkah-langkah yang Dilakukan Kemenhub

Untuk merespons hal tersebut, batu bara peringkat rendah di Indonesia yang sangat berlimpah stoknya akan dimanfaatkan sebagai prekursor karbon dalam pembuatan anoda baterai.

“Pada umumnya, batubara menghasilkan senyawa hidrokarbon ketika dibakar dengan oksigen dan menghasilkan panas. Namun jika batubara dipanaskan pada kondisi tanpa oksigen, akan didapatkan hidrokarbon dalam bentuk ter batubara yang dapat diolah lebih lanjut menjadi pitch,” tutur Slamet dalam keterangan tertulis, Senin (11/1/2021).

Lebih lanjut Slamet menyebutkan, proses pembuatan ter batu bara ini dikenal sebagai pirolisis, sementara proses pengolahan ter menjadi pitch biasanya melalui distilasi.

Walaupun demikian tidak semua bagian dari pitch tersebut dapat dijadikan grafit sintetik sehingga perlu proses modifikasi dan ekstraksi menggunakan pelarut.

Hanya sekitar 30-40 persen dari pitch yang dapat diekstrak dan kemudian dapat dijadikan prekursor karbon untuk pembuatan grafit sintetik.

Produk hasil ekstraksi sering juga disebut sebagai mesophase pitch, karena mengandung 100 persen karbon, yang dapat dikonversi menjadi grafit.

Baca juga: Dekati Zona Optimistis, Keyakinan Konsumen akan Kondisi Ekonomi Makin Menguat Pada Desember 2020

Ketua Tim Penelitian, Phiciato memaparkan proses pembuatan grafit sintetik secara konvensional, baik yang menggunakan minyak bumi atau batubara, harus melalui proses pada suhu ekstrim sekitar 2.000 - 3.000 derajat celcius. Kondisi ini sulit diterapkan secara ekonomis pada skala industri.

Namun dengan bantuan katalis, suhu proses dapat diturunkan hingga mendekati 1.000 derajat celcius.

Hasil pengamatan dengan X-Ray Diffraction menunjukkan grafit sintetik dapat terbentuk pada suhu 1.200 derajat celcius dengan bantuan katalis berbasis Fe (Ferrum).

"Kunci keberhasilan dipengaruhi dua aspek yaitu efektivitas pembuatan mesophase dan pemilihan jenis katalis. Saat ini tim peneliti masih berfokus pada pembuatan mesophase dan ke depan akan mengembangkan katalis yang cocok dan ekonomis", ucap Phiciato.

Baca juga: BI Optimistis 12 Juta UMKM Pakai QRIS Capai Target di 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com