Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Moncernya Pertanian Kala PDB RI Terburuk Sejak Krisis 98

Kompas.com - 08/02/2021, 08:39 WIB
Muhammad Choirul Anwar,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal IV-2020 minus 2,19 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara secara year to date ekonomi Indonesia tahun 2020 minus 2,07 persen. Ini merupakan angka terburuk sejak krisis tahun 1998.

Meski begitu, PDB sektor pertanian masih tetap moncer. Betapa tidak, sektor ini jadi salah satu penopang pertumbuhan nasional pada kuartal IV-2020, dengan angka tumbuh sebesar 2,59 persen (yoy).

Sektor pertanian merupakan yang tumbuh positif selama triwulan IV-2020,” ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jumat (5/2/2021) lalu.

Suhariyanto menilai, peningkatan sektor pertanian dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah komoditas tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,47 persen.

Hal ini terjadi lantaran adanya peningkatan luas panen dan produksi padi, jagung, ubi kayu serta cuaca yang mendukung. Komoditas perkebunan juga tumbuh 1,13 persen dengan komoditasnya berupa kelapa sawit.

“Kemudian komoditas hortikultura juga tumbuh 7,85 persen karena permintaan buah-buahan dan sayuran selama pandemi Covid-19,” katanya.

Baca juga: Sandiaga Uno Bentuk Satgas Toilet Indonesia, Apa Itu?

Meski begitu, peningkatan tidak diikuti oleh komoditas peternakan karena menurunnya permintaan industri pemotongan hewan akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

Jasa petani yang hebat dan tangguh

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik kementan Kuntoro Boga Andri mengaku bersyukur sektor pertanian terus mampu menjaga tren positif kontribusinya pada ekonomi nasional.

“Ini adalah karena petani kita tak henti berkontribusi buat ekonomi nasional. Kami di Kementan membantu mereka menjaga tetap bekerja dengan segala kemampuan yang ada,” kata Kuntoro dalam keterangannya, dikutip Senin (8/2/2021).

Karena itu, ia mengucap terima kasih tak terhingga kepada para petani, karena tetap berjuang di tengah lesunya ekonomi dan ancaman pandemi. Menurutnya, tahun 2020 dilalui dengan tidak mudah, mulai dengan munculnya beberapa permasalahan dalam produksi hingga pemasaran yang terhambat pembatasan jalur distribusi.

Baca juga: Daftar Lengkap Insentif Usaha yang Diperpanjang Sri Mulyani hingga 30 Juni 2021

“Petani kita sangat hebat dan tangguh. Kami akan terus jaga momentum ini di 2021 agar kontribusi sektor pertanian terjaga, bahkan bisa meningkat. Berbagai masalah 2020 kita selesaikan agar tidak menghambat produksi,” jelasnya.

Pertanian jadi bantalan resesi

Pengamat Ekonomi Pertanian Prof Bustanul Arifin buka suara atas kinerja sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan. Ia menilai, kontribusi tanaman pangan semakin menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi bantalan selama resesi ekonomi karena pandemi.

"Maka dari itu, sektor pertanian secara umum perlu meningkatkan aplikasi dan perubahan teknologi. Ini untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang lebih baik lagi," imbuh Bustanul, dikutip Senin (8/2/2021).

Terkait kinerja subsektor tanaman pangan dan hortikulturan paling tinggi di antara beberapa subsektor dalam pertanian, Bustanul menilai disebabkan karena angka produksi memang meningkat dan harga cukup bersahabat. Hal ini menyebabkan nilai tambah juga naik signifikan yang menjadi basis perhitungan PDB Pertanian.

"Namun perlu jadi catatan bahwa pada kondisi daya beli masyarakat yang turun karena pandemi, persoalan akses pangan dapat menjadi persoalan serius, jika tidak diantisipasi dan ditanggulangi secara baik," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com