Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Vinsensius Shianto
Diplomat RI

Diplomat RI (Fungsi Ekonomi) pada Kedutaan Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus (KBRI Moskow)

Potensi Besar Pasar Rusia untuk Produk Indonesia

Kompas.com - 21/11/2021, 13:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PASAR Rusia memiliki potensi yang besar bagi produk-produk Indonesia terutama dilihat dari jumlah populasi dan daya beli yang dimiliki. Rusia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-9 di dunia dengan total populasi sekitar 144,1 juta jiwa.

Terlebih lagi, Rusia juga merupakan pintu masuk ke pasar Eurasian Economic Union (EAEU) lainnya, yaitu Kazakhstan, Belarus, Kyrgistan, dan Armenia yang secara bersama-sama memiliki populasi hampir 185 juta jiwa. Potensi ini semakin diperbesar melalui perundingan Free Trade Agreement (FTA) Indonesia-EAEU yang saat ini tengah berlangsung.

Populasi yang besar ini didukung dengan daya beli yang tinggi. Bank Dunia mencatat PDB  Rusia pada tahun 2020 sebesar 1,48 triliun dollar AS atau tertinggi ke-11 dunia dengan PDB per kapita sebesar 10.126 dollar AS. Rusia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Eropa (sekitar 25 juta jiwa) sehingga memiliki potensi kerja sama produk halal dengan Indonesia.

Merenggangnya hubungan Rusia dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa sejak tahun 2014 juga membawa peluang besar karena terdapat kesenjangan antara permintaan dan penawaran produk-produk yang biasa diimpor oleh Rusia dari negara-negara tersebut.

Saat ini Rusia masih dikategorikan sebagai pasar ekspor non-tradisional bagi produk-produk Indonesia. Hal ini karena Rusia belum menjadi tujuan ekspor utama Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti China, India, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.

Baca juga: Meski Indonesia Dapat Tekanan, Rusia Siap Pasok 11 Jet Tempur Su-35

Kementerian Perdagangan/BPS mencatat volume perdagangan bilateral RI-Rusia sebelum pandemi Covid-19 sebesar mencapai 2,06 miliar dollar AS pada tahun 2019, dengan ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 864 juta dollar AS. Angka ini termasuk kecil bila dibandingkan dengan negara tujuan ekspor tradisional Indonesia, misalnya Amerika Serikat yang total perdagangan dengan Indonesia mencapai 27,1 miliar dollar AS pada tahun 2019 dengan ekspor Indonesia sebesar 17,84 miliar dollar AS.

Salah satu penyebab Rusia belum berkembang menjadi pasar ekspor tradisional Indonesia adalah masih adanya anggapan dari masyarakat Indonesia bahwa Rusia merupakan negara komunis yang menyebabkan keenganan untuk berbisnis dengan Rusia. Pandangan ini mungkin dipengaruhi oleh pemberitaan media massa dan film yang kurang berimbang.

Padahal bila kita cermati, sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia telah mengalami transformasi besar dalam sektor politik, ekonomi serta sosial-budaya. Dalam sektor ekonomi, Rusia telah beralih dari sistem ekonomi terpimpin menuju sistem ekonomi pasar. Para ahli menyebutkan sistem ekonomi Rusia saat ini sebagai sitem ekonomi campuran (mixed economy).

Di pusat-pusat perbelanjaan Rusia saat ini kita dapat menjumpai berbagai merek dagang ternama yang diimpor dari Amerika Serikat, Eropa Barat serta berbagai belahan dunia yang terutama sangat digemari oleh kaum muda di Rusia.

Pandemi Covid-19 juga menimbulkan masalah konektivitas yang menjadi penghambat hubungan perdagangan kedua negara.

Beberapa masalah yang ditimbulkan antara lain, dihentikannya penerbangan langsung Moskow-Denpasar yang sebelumnya telah beroperasi, kenaikan harga dan kelangkaan kontainer, panjangnya waktu pemeriksaan barang di pelabuhan serta terhambatnya pergerakan orang yang membatasi partisipasi pada berbagai pameran dagang.

Berdasarkan data Kemendag/BPS, total perdagangan Indonesia-Rusia pada tahun 2020 sebesar 1,93 miliar dollar AS atau mengalami kontraksi 6,6 persen dari tahun sebelumnya.

Kabar baiknya, di tengah keterbatasan konektivitas yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, Kemendag/BPS mencatat ekspor Indonesia ke Rusia tahun 2020 sebesar 973,5 juta dollar AS atau meningkat 12,7 persen bila dibandingkan dengan tahun 2019. Peningkatan ini mayoritas dipengaruhi oleh kenaikan ekspor komoditas unggulan Indonesia ke Rusia seperti minyak kelapa sawit, kopra, kakao, alas kaki dan stainless steel.

Tren ini terus berlanjut pada tahun 2021. Pada bulan Januari-September 2021, total perdagangan kedua negara adalah sebesar 1,94 miliar dollar AS atau lebih tinggi 42,2 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Ekspor Indonesia juga tercatat sebesar 1,09 miliar dollar AS atau meningkat 65,17 persen. Peningkatan ekspor di tengah pandemi ini menunjukkan potensi perdagangan yang besar antara kedua negara.

Baca juga: Menko Airlangga Ajak Rusia Tanam Investasi di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com