PASAR Rusia memiliki potensi yang besar bagi produk-produk Indonesia terutama dilihat dari jumlah populasi dan daya beli yang dimiliki. Rusia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-9 di dunia dengan total populasi sekitar 144,1 juta jiwa.
Terlebih lagi, Rusia juga merupakan pintu masuk ke pasar Eurasian Economic Union (EAEU) lainnya, yaitu Kazakhstan, Belarus, Kyrgistan, dan Armenia yang secara bersama-sama memiliki populasi hampir 185 juta jiwa. Potensi ini semakin diperbesar melalui perundingan Free Trade Agreement (FTA) Indonesia-EAEU yang saat ini tengah berlangsung.
Populasi yang besar ini didukung dengan daya beli yang tinggi. Bank Dunia mencatat PDB Rusia pada tahun 2020 sebesar 1,48 triliun dollar AS atau tertinggi ke-11 dunia dengan PDB per kapita sebesar 10.126 dollar AS. Rusia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Eropa (sekitar 25 juta jiwa) sehingga memiliki potensi kerja sama produk halal dengan Indonesia.
Merenggangnya hubungan Rusia dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa sejak tahun 2014 juga membawa peluang besar karena terdapat kesenjangan antara permintaan dan penawaran produk-produk yang biasa diimpor oleh Rusia dari negara-negara tersebut.
Saat ini Rusia masih dikategorikan sebagai pasar ekspor non-tradisional bagi produk-produk Indonesia. Hal ini karena Rusia belum menjadi tujuan ekspor utama Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti China, India, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.
Baca juga: Meski Indonesia Dapat Tekanan, Rusia Siap Pasok 11 Jet Tempur Su-35
Kementerian Perdagangan/BPS mencatat volume perdagangan bilateral RI-Rusia sebelum pandemi Covid-19 sebesar mencapai 2,06 miliar dollar AS pada tahun 2019, dengan ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 864 juta dollar AS. Angka ini termasuk kecil bila dibandingkan dengan negara tujuan ekspor tradisional Indonesia, misalnya Amerika Serikat yang total perdagangan dengan Indonesia mencapai 27,1 miliar dollar AS pada tahun 2019 dengan ekspor Indonesia sebesar 17,84 miliar dollar AS.
Salah satu penyebab Rusia belum berkembang menjadi pasar ekspor tradisional Indonesia adalah masih adanya anggapan dari masyarakat Indonesia bahwa Rusia merupakan negara komunis yang menyebabkan keenganan untuk berbisnis dengan Rusia. Pandangan ini mungkin dipengaruhi oleh pemberitaan media massa dan film yang kurang berimbang.
Padahal bila kita cermati, sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia telah mengalami transformasi besar dalam sektor politik, ekonomi serta sosial-budaya. Dalam sektor ekonomi, Rusia telah beralih dari sistem ekonomi terpimpin menuju sistem ekonomi pasar. Para ahli menyebutkan sistem ekonomi Rusia saat ini sebagai sitem ekonomi campuran (mixed economy).
Di pusat-pusat perbelanjaan Rusia saat ini kita dapat menjumpai berbagai merek dagang ternama yang diimpor dari Amerika Serikat, Eropa Barat serta berbagai belahan dunia yang terutama sangat digemari oleh kaum muda di Rusia.
Pandemi Covid-19 juga menimbulkan masalah konektivitas yang menjadi penghambat hubungan perdagangan kedua negara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.