Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Tiket Candi Borobudur Jadi Rp 750.000, Pengelola: Kondisi Candi Menurun...

Kompas.com - 06/06/2022, 17:17 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bersama pengelola Candi Borobudur tengah berencana membuat tarif baru untuk naik ke atas stupa candi.

Harga yang dipertimbangkan adalah Rp 750.000. Sementara Harga Tiket Masuk (HTM) tetap sama, yakni Rp 50.000/orang dewasa dan Rp 25.000 untuk anak-anak.

Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney selaku holding pariwisata BUMN, Dony Oskaria mengatakan, opsi kenaikan tiket Candi Borobudur juga dibarengi dengan pembatasan pengunjung 1.200 per hari yang naik ke stupa.

Baca juga: Pendapatan dan Pengunjung Bakal Turun, DPR Minta Luhut Evaluasi Harga Tiket Candi Borobudur

Khusus pelajar, tiketnya Rp 5.000/orang dengan kuota 20 persen dari total 1.200 orang.

Dia menuturkan, opsi-opsi ini perlu dipertimbangkan untuk menjaga kelestarian candi. Ia tak memungkiri, kondisi candi Buddha terbesar di dunia itu sudah menurun setiap tahun.

"Jadi sudah dua tahun (pengunjung) enggak bisa naik (ke area stupa), hanya sampai pelataran. Karena memang dikhawatirkan banyak orang naik, candinya menurun," ujar Dony saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/6/2022).

Dony menyebut, tiket Candi Borobudur Rp 750.000 untuk naik ke stupa itu sudah sepaket dengan pemandu wisata dari warga lokal di sekitar candi. Lalu, pemerintah menyiapkan shuttle bus listrik di kawasan tersebut.

Baca juga: Agar Tak Salah Paham soal HTM Candi Borobudur, Tiket Masuk Masih Rp 50.000, Tiket Naik ke Stupa Rp 750.000

"Orang naik itu ada guide-nya, ada dapet penjelasan, unsur pendidikannya. Jadi memang dibikin paket yang lebih baik untuk (naik) ke atas," jelas dia.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga menuturkan kebijakan soal Borobudur telah mempertimbangkan berbagai aspek sehingga tidak diputuskan begitu saja. Salah satunya terkait konservasi Candi Borobudur yang belakangan mengalami penurunan.

Ganjar mengatakan kebijakan tersebut belum diterapkan. Persiapan teknis dan regulasi masih dibahas oleh pihak PT TWC dan Balai Konservasi Borobudur (BKB).

Di sisi lain, kebijakan baru juga dibahas yakni menurunkan harga tiket masuk kawasan Candi Borobudur untuk pelajar menjadi Rp 5.000 dari sebelumnya Rp 25.000.

“Untuk naik ke candi kemarin disampaikan agar ada pengelolaan dengan pengendalian melalui tarif, kira-kira begitu,” ujarnya melalui Instagram.

Kontra Kenaikan Tiket Candi Borobudur Jadi Rp 750.000

 

Di sisi lain, ada pihak yang kontra dengan penetapan tarif yang tidak wajar tersebut. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Sri Margana tidak sepakat dengan rencana kenaikan harga tiket bagi wisatawan domestik hingga mencapai Rp 750.000.

Namun ia sepakat membatasi kunjungan untuk preservasi heritage yang sudah ribuan tahun umurnya adalah baik. Pembatasan pengunjung diperlukan karena menurutnya, setiap tahun jumlah wisatawan di Borobudur semakin berjubel di area terbatas.

"Membatasi kunjungan dengan cara menaikkan tiket secara ugal-ugalan itu juga akal-akalan saja, mau melindungi obyeknya tetapi tidak mau berkurang penghasilannya," jelas pria itu.

Dia menawarkan dua solusi untuk membatasi kunjungan alih-alih menaikkan harga tiket hingga ratusan ribu rupiah.

Pertama, dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya bagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu. Lalu yang kedua, mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tidak merusak heritage.

"Misalnya membedakan tiket bagi mereka yang ingin naik ke candi atau hanya berkeliling di sekitar candi," paparnya.

Baca juga: YLKI: Kenaikan Tiket Candi Borobudur Bukan untuk Konservasi tapi Komersialisasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com