Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Felix Wijaya
Business Analyst

Pemerhati dan penggiat ekonomi

Covid-19 dan Bitcoin

Kompas.com - 13/06/2022, 16:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEKHAWATIRAN negara-negara di dunia pada tahun 2022 mulai beralih dari sebelumnya Covid-19 yang menjadi pandemi hampir di seluruh dunia, menjadi meningkatnya gejolak ekonomi.

Covid-19 yang mulai terkendali dalam jangka waktu dua tahun merupakan angin segar untuk meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi.

Saat Covid-19 terjadi, seluruh dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan finansial.

Hal tersebut terjadi karena pembatasan kegiatan dan aktivitas yang dibatasi guna menghentikan penyebaran Covid-19.

Ketika kegiatan dan aktivitas dibatasi, maka mengakibatkan permintaan (demand) menjadi turun.

Saat permintaan turun, maka produsen akan mengurangi jumlah produksinya (supply). Akibat dari produksi menurun, maka omset otomatis juga akan ikut menurun.

Sementara para pengusaha/produsen memiliki beban (cost) untuk menanggung biaya seperti biaya modal, sewa gudang, maupun gaji karyawan yang harus tetap dibayarkan walau menurunnya omset.

Mau tidak mau para pengusaha UMKM, menengah maupun besar harus memiliki strategi agar usahanya tetap dapat bertahan.

Kondisi ini mengakibatkan pemerintah di seluruh negara harus turun tangan agar dapat tetap menjaga perekonomian di negaranya.

Salah satu cara turun tangan pemerintah adalah dengan melakukan kebijakan moneter berupa quantitative easing (injeksi likuiditas).

Quantitative easing adalah stimulus ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan cara membeli aset keuangan dari institusi swasta atau bank komersial maupun surat berharga jangka panjang milik pemerintah di pasar terbuka.

Dengan membeli aset keuangan dari institusi swasta maupun milik pemerintah di pasar terbuka, mengakibatkan meningkatnya supply uang di masyarakat.

Dengan meningkatnya jumlah uang yang beredar, maka akan berakibat menurunnya suku bunga.

Sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah konsumtifitas masyarakat. Dan pada akhirnya roda perekonomian terus dapat berputar dan dijaga kestabilannya.

Namun, quantitative easing bukanlah kebijakan ekonomi tanpa memiliki risiko. Quantitative easing yang terlalu berlebih akan berdampak kepada inflasi, hyper inflasi atau bahkan stagflasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com