Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

Startup Digital Sehat Jadi Pondasi Ekosistem Digital yang Kuat

Kompas.com - 09/08/2022, 20:25 WIB
Sri Noviyanti

Editor


KOMPAS.com – Pegiat startup Tanah Air berkali-kali mendapat tantangan. Setelah dampak pandemi Covid-19, kini mereka dihadapkan pada bocornya startup bubble.

“Fenomena bocornya startup bubble ditandai dengan beberapa startup yang secara serentak merumahkan karyawan dalam jumlah yang besar,” ujar Chief Executive Officer BNI Ventures Eddi Danusaputro dalam diskusi Startup Digital Sehat Digital Untuk Pondasi Ekosistem Digital Kuat di Jakarta, Selasa (9/8/2022).

Padahal, melirik jejak startup beberapa tahun ke belakang, Tanah Air punya catatan yang baik. Laporan Startup Ranking yang dipublikasi pada April 2022 menyebut bahwa Indonesia merupakan negara kelima yang memiliki jumlah startup terbanyak, yaitu 2.346.

Adapun industri dari perusahaan rintisan di Tanah Air terdiri dari banyak sektor, mulai dari ride-hailing, fintech, edutech, hingga telemedicine.

Kejayaan startup di Tanah Air juga terlihat pada 2019 saat startup berada pada puncak ekosistem ekonomi digital Indonesia. Menurut riset yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Co pada tahun itu, Indonesia menjadi negara yang startup-nya menerima jumlah funding terbanyak di antara negara lain.

Angka funding diperkirakan akan tetap menjadi yang paling tinggi pada 2025. Dengan kondisi tersebut, ekonomi digital Indonesia pada 2019 memiliki ukuran lebih dari empat kali lipat sejak 2015 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 49 persen per tahun. Nilainya diperkirakan mencapai 40 miliar dollar AS.

Dengan angka tersebut, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbaik di Asia Tenggara pada 2019.

Adanya tantangan yang terjadi pada tahun ini, harus pula dicari solusinya.

Eddi menambahkan, salah satu penyebab dari kebocoran startup bubble adalah bergantungnya startup pada pendanaan dari venture capitalist.

Efisiensi melalui pengurangan karyawan yang dilakukan dinilai oleh beberapa startup perlu dilakukan karena investor melakukan pengetatan kucuran dana.

“Para startup yang belum mencetak profit perlu melakukan ini karena mereka perlu memperpanjang masa bertahan untuk berupaya mencetak pendapatan,” tambah Eddi.

Karenanya, bagi Eddi, penting bagi banyak pihak, mulai dari pemilik startup, pemilik modal, hingga pemerintah, untuk memberikan edukasi untuk membangun healthy startup atau startup yang sehat, baik secara keuangan maupun manajemen.

Menciptakan healthy startup

Dengan startup yang sehat, kata Eddi, potensi dan ekosistem digital Indonesia yang kuat dapat dibangun.

Tak hanya itu, kondisi ini dapat mencegah terjadinya krisis keuangan di skala nasional. Dengan begitu, bukan tak mungkin sektor startup dapat jaya kembali.

Untuk mewujudkannya, para pegiat startup harus lebih gigih. Faktanya, healthy startup tak selamanya hanya dapat diwujudkan dengan modal besar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com