Dengan demikian, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, walaupun harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
Berdasarkan perhitungannya, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barrel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp 151 triliun dari anggaran subsidi energi yang saat ini dipatok sebesar Rp 502,4 triliun.
"Kalau harga ICP di 85 dollar AS per barrel sampai Desember, kenaikan subsidi pun tetap menjadi Rp 640 triliun (hitungan penambahan anggaran sebesar Rp 138 triliun)," ujarnya.
Oleh karenanya, pemerintah masih akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan harga ICP, guna menentukan besaran anggaran subsidi yang perlu digelontorkan hingga akhir tahun ini.
Karena memang suasana geopolitik dan suasana ekonomi dunia masih sangat dinamis," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Mengapa Harga BBM Naik Saat Tren Harga Minyak Dunia Turun? Ini Penjelasan Sri Mulyani
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Pertamina (Persero) melakukan pengawasan dalam penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Lantaran selama ini penggunaan BBM subsidi tidak tepat sasaran.
Ia pun menginstruksikan Pertamina untuk mengawasi di lapangan (SPBU) secara digital atau melalui pendaftaran nomor kendaraan di MyPertaminaagar subsidi BBM bisa tepat sasaran.
“Ini di lapangan Pertamina akan melakukan pengawasan dan juga sedang menyiapkan sistem pengawasan pengaturan dengan digitalisasi. Dengan metode ini kita bisa lebih mempertajam pemanfaatan subsidi untuk yang membutuhkan,” ujar Arifin.
Di sisi lain, Pertamina memastikan ketersediaan stok Pertalite dan Solar, serta distribusinya ke SPBU berjalan dengan maksimal di tengah meningkatnya konsumsi masyarakat. Ketahanan stok Pertalite dan Solar pada 2 September 2022 ini berada di angka yang aman.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, stok Pertalite di level 18 hari dan Solar di level 20 hari, serta terus diproduksi. Proses produksi mulai dari hilir hingga ketersediaan stok BBM di SPBU juga terus dimonitor melalui Pertamina Integrated Enterprise Data and Center Command (PIEDCC) secara real time.
Dia turut mengimbau bahwa Pertalite dan Solar yang merupakan BBM bersubsidi ini dikonsumsi bagi masyarakat yang berhak. Oleh karena itu, Pertamina akan terus menggandeng masyarakat, pemerintah, dan seluruh pihak terkait dalam pengawasan Pertalite dan Solar.
"Harapannya adalah Pertalite dan Solar benar-benar dinikmati masyarakat yang membutuhkan. Jika melihat adanya indikasi penyalahgunaan atau kecurangan, masyarakat dapat melaporkan langsung ke aparat yang berwenang," jelas Irto dalam keterangan tetulisnya, Sabtu (3/9/2022).
Baca juga: Kata Pertamina soal Harga BBM yang Lebih Murah daripada Pertalite
Kenaikan harga BBM Pertamina tersebut ternyata berbanding terbalik dengan harga BBM yang dijual oleh jaringan SPBU milik perusahaan swasta, SPBU Vivo. SPBU ini memiliki menjual tiga jenis BBM yakni Revvo 89, Revvo 92, dan Revvo 95.
Revvo 89 adalah jenis BBM dengan harga paling murah yakni Rp 8.900 per liter. Sesuai namanya, Revvo 89 memiliki research octane number (RON) 89 atau sedikit di bawah Pertalite yang memiliki RON 90.
Maka dengan harga Pertalite saat ini sebesar Rp 10.000 per liter, terdapat selisih harga Pertalie dengan Revvo 89 sebesar Rp 1.100 per liter. Kondisi perbedaan harga itu membuat masyarakat menjadikan Revvo 89 sebagai alternatif BBM.
Meski demikian, untuk jenis BBM lainnya seperti Revvo 92, dan Revvo 95 memang lebih mahal ketimbang BBM sejenis yang dijual Pertamina. Pada Revvo 92 yang memiliki RON 92 dijual seharga Rp 15.400 per liter, lebih tinggi dari Pertamax yang juga memiliki RON 92 dengan harga Ro 14.500 per liter.
Sementara untuk Revvo 95 yang memiliki RON 95 dijual seharga Rp 16.100 per liter, lebih mahal jika disandingkan dengan Pertamax Turbo yang memiliki nilai oktan sedikit lebih tinggi yakni RON 98 dengan harga jual Rp 15.900 per liter.
Baca juga: Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, Vivo, BP per September 2022
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.