JAKARTA, KOMPAS.com – DBS Group Research memperkirakan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan mengalami kenaikan hingga 5 persen di akhir tahun 2022.
Sebelumnya, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day repo rate sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,25 persen pada September, lebih besar dari perkiraan.
DBS menilai, arah kebijakan bank sentral tidak akan lunak mengingat risiko dua arah, yakni inflasi domestik diperkirakan meningkat akibat dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga bahan bakar bersubsidi.
“DBS Group Research memperkirakan kenaikan BI rate 75bp (setidak-tidaknya) pada akhir 2022 menjadi 5 persen dengan risiko peningkatan di luar ekspektasi,” seperti dikutip dari DBS Group Research, Rabu (5/10/2022).
Baca juga: Inflasi Naik dan Rupiah Melemah, BI Bakal Naikkan Suku Bunga Lagi?
DBS Group Research juga menyebutkan, tekanan pada mata uang akibat dollar AS kuat karena kebijakan tidak bersahabat Bank Sentral AS, terlepas dari neraca perdagangan kuat.
Ketahanan dalam tren pertumbuhan juga mendorong pembuat kebijakan untuk melakukan tindakan kebijakan agresif dan melakukan hampir semua tindakan tersebut secara dini ketimbang melakukannya secara berangsur-angsur.
Untuk obligasi, DBS Group Research menilai bank sentral mengindikasikan bahwa ada kemungkinan Operasi Twist (strategi kebijakan moneter untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga jangka panjang).
“Operasi Twist kemungkinan akan dilanjutkan untuk mengendalikan suku bunga jangka panjang, seraya memungkinkan suku bunga jangka pendek menyesuaikan diri dengan likuiditas dan perubahan kebijakan,” lanjut DBS Group Research.
Pada bulan September, inflasi mengalami lonjakan 5,9 persen secara tahunan dari 4,7 persen pada bulan sebelumnya terjadi merupakan dampak dari penyesuaian hargaBBM bersubsidi pada awal bulan. Secara bulanan, laju kenaikan melonjak dari -0,2 persen pada Agustus menjadi 1,2 persen pada September, kenaikan tertinggi sejak 2014.
Inflasi untuk harga yang diatur pemerintah meningkat 13,3 persen secara tahunan di samping indikator energi yang naik 16,5 persen secara tahunan akibat kenaikan harga. Sementara itu, harga pangan yang tidak stabil (volatile) juga mengalami sedikit peningkatan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.