Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang PHK Kembali Menerpa, Indonesia di Ambang Resesi?

Kompas.com - 11/10/2022, 05:11 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menerjang, di tengah mulai pulihnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari pandemi Covid-19.

Beberapa waktu lalu, PHK terjadi di sejumlah startup atau usaha rintisan di dalam negeri. Kini, gelombang PHK menyebar ke sejumlah perusahaan lainnya. Apakah Indonesia di ambang resesi?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, ramainya gelombang PHK di dalam negeri dikarenakan perusahaan harus menyesuaikan kapasitas produksi dan model bisnis dengan proyeksi perlambatan ekonomi yang terjadi di tahun depan.

"Naiknya biaya bahan baku, ongkos angkutan tidak berjalan lurus dengan naiknya daya beli masyarakat," ujar Bhima seperti dilansir Kontan.co.id, Senin (10/10/2022).

Baca juga: Buruh Tolak PHK Besar-besaran Meski Resesi Global

Bhima menyebutkan, beberapa perusahaan di bidang teknologi, yang sebelumnya disebut sebagai pandemi darling juga perlu memangkas karyawan karena mobilitas masyarakat yang kembali berbelanja secara fisik di toko ritel sehingga perubahan perilaku konsumen sangat mempengaruhi rencana bisnis jangka panjang.

Banyaknya PHK di tanah air juga dikarenakan adanya kenaikan tingkat suku bunga acuan yang berpengaruh terhadap cost of financing pelaku industri sehingga rencana investasi baru cenderung terhambat oleh naiknya biaya pinjaman.

Selain itu, Ia juga bilang, ketidakpastian outlook ekonomi membuat pendanaan di perusahaan rintisan juga ikut terpengaruh, sehingga investor atau modal ventura lebih selektif memilih perusahaan dengan kinerja profitabilitas yang baik dibanding mengejar market share atau valuasi.

"Dalam situasi ini, banyak karyawan yang terpaksa dipangkas sebagai langkah mengejar daya tarik investor," kata Bhima.

Bhima memproyeksi, tingkat pengangguran terbuka pada tahun depan sebesar 5,9 persen hingga 6 persen atau lebih tinggi dari data per Februari 2022 yang hanya sebesar 5,83 persen.

Baca juga: Ada Gelombang PHK, Klaim JHT Meningkat Sebanyak 2,2 Juta Pekerja

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, inflasi global yang sangat tinggi menjadi penyebab ramainya PHK di perusahaan dalam negeri. Di mana inflasi di negara-negara maju telah mencapai di angka 9 persen hingga 10 persen.

Huda mengatakan, inflasi tersebut membuat bank sentral beberapa negara menaikkan suku bunga acuannya sehingga akan menurunkan permintaan produk dan investasi. Pada akhirnya, dengan permintaan produk dan investasi menurun maka akan menciptakan PHK.

"Kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia di mana kebijakan menaikkan harga BBM Pertalite menaikkan tingkat inflasi. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka pengangguran diprediksi akan meningkat," kata Huda. (Dendi Siswanto)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Banjir Gelombang PHK, Indonesia Diambang Resesi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com