JAKARTA, KOMPAS.com – Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, merespons terkait rencana dua bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), keluar dari saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Menurut Arya, hal tersebut dilakukan sebagai upaya BSI mencapatkan investor strategis.
Selain itu juga, alasan BRI dan BNI keluar dari BSI adalah karena Kementerian BUMN ingin agar BSI melakukan ekspansi melalui pendanaan dari investor tersebut.
“Itu kan, market-nya kan terlalu kecil, jadi kalau pembentukan harga enggak begitu bagus juga untuk market, dan ini juga supaya ada investor strategisnya BSI, di samping itu juga sebagai upaya untuk ekspansi BSI,” kata Arya di Kementerian BUMN, Jumat (17/2/2023).
Baca juga: BNI dan BRI Akan Hengkang dari BSI, Kementerian BUMN Ingin Penggantinya dari Bank Asing
Arya mengatakan, dengan keluarnya BRI dan BNI, pemegang saham mayoritas adalah Bank Mandiri. Ia juga belum memastikan investor strategis yang dimaksud yang nantinya akan bergabung ke BSI.
“Tetap Mandiri (mayoritas). (Investor) kita liat aja nanti bagaimana,” lanjutnya.
Baca juga: BNI dan BRI Akan Hengkang dari BSI, Kementerian BUMN Ingin Penggantinya dari Bank Asing
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN saat ini tengah mencari investor strategis untuk BSI.
Pria yang akrab disapa Tiko ini mengatakan, investor strategis ini akan menggantikan BNI dan BRI yang akan keluar dari jajaran pemegang saham BSI.
"Memang BRI dan BNI perlahan akan mulai keluar dari BSI, ini akan kita lihat opportunity market-nya kalau misalnya nanti BRI atau BNI sebagai pemegang saham mulai exit kira-kira siapa yang bisa menggantikan dan berapa size-nya," ujarnya saat BSI Global Islamic Finance Summit 2023, Rabu (15/2/2023).