Salah satu cedera kerja non-fatal yang paling sering dialami oleh pekerja adalah kelelahan, menurut laporan tahun 2020 oleh Dewan Keamanan Nasional AS.
Overexertion terjadi ketika pekerja memaksa tubuh mereka melampaui batas fisik. Itu sebabnya robot kian banyak digunakan untuk keperluan angkat berat, terutama di industri otomotif.
Ada juga robot pemindah barang, seperti Amazon's Sparrow. Penggunaan robot secara umum telah mengurangi total jarak berjalan kaki sebesar 75 persen hingga 80 persen di gudang Amazon, mengurangi kelelahan otot pekerjanya.
Namun yang perlu digarisbawahi, robot tidak mungkin menggantikan seluruh pekerja manusia seperti yang ditakutkan orang.
Sebaliknya, robot sebenarnya mengeliminasi tugas-tugas yang berulang dan berbahaya, justru ini memungkinkan pekerja untuk fokus pada tugas yang lebih kreatif dan memuaskan, tugas yang membutuhkan pemikiran kritis, pengambilan keputusan, dan keterampilan memecahkan masalah.
Pekerja manusia akan selalu dapat direlokasi, karena campur tangan manusia memang masih diperlukan di beberapa area terutama sektor manufaktur. Robot dapat bekerja bersama manusia, seperti halnya robot kolaboratif.
Pada saat yang sama, robot dapat menciptakan peluang kerja baru, seperti peran khusus bergaji tinggi dalam desain, pemrograman, pemeliharaan, dan pengawasan robot.
Sebuah artikel berjudul “People Over Robots (The Global Economy Needs Immigration Before Automation),” yang ditulis oleh Lant Pritchett dan diterbitkan dalam Foreign Affairs Magazine, menyebutkan bahwa kekhawatiran tentang otomatisasi yang mengambil pekerjaan dari manusia sepertinya terlalu dilebih-lebihkan.
Menurut Pritchett, solusi nyata untuk tantangan pasar tenaga kerja sebenarnya terletak pada pemerataan, bukan sekadar investasi dalam otomatisasi.
Pada waktunya, situasi ini akan mendorong migrasi penduduk dalam jumlah besar. Ketika pekerjaan di satu wilayah mulai berkurang karena otomatitasi, kemungkinan besar buruh dan tenaga kerja lainnya akan berpindah tempat mencari pekerjaan masih tersisa.
Selain itu perlu ketegasan pemerintah dalam mencegah dislokasi sosial, menekan polarisasi politik dan ekstremisme akibat perkembangan teknologi.
Inilah yang menyebabkan kekhawatiran tentang dampak otomatisasi terhadap pekerjaan, upah, dan ketimpangan ekonomi kian meningkat.
Pada saat yang sama, pergeseran demografis ini menciptakan kekurangan tenaga kerja di berbagai belahan dunia. Inilah tantangan besar yang perlu direnungkan sebagai bentuk refleksi hari buruh tahun ini.
Dalam sebuah adagium, Tom Peters mengatakan,"The robot is not the threat, but the robot without a heart is”. Artinya, robot bukanlah ancaman, tetapi robot tanpa hati lah yang sebenarnya menjadi ancaman.
Dalam konteks ini, kata “heart” atau hati bukan merujuk pada kemampuan robot untuk memahami emosi manusia, tetapi merujuk pada kemampuan robot dalam menjaga etika dan bertanggung jawab.
Ini menekankan pentingnya mengembangkan kecerdasan buatan dengan prinsip-prinsip etika dan moral yang kuat.
Robot dan teknologi tidak boleh digunakan untuk merugikan tenaga kerja dan lingkungan, justru sebaliknya, harus membantu meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Selamat Hari Buruh Internasional, semoga seluruh tenaga kerja kian diperhatikan, kian dilindungi, kian dijaga, kian dihormati, dan kian sejahtera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.