Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Laba Tinggi Bank di Tengah Pemulihan

Kompas.com - 08/05/2023, 09:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pendapatan bank masih bertumpu pada net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih. Mengenai NIM, pernyataan menarik datang dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

DI Indonesia, NIM bank dikategorikan paling gemuk di ASEAN.

"NIM perbankan di Indonesia ini dianggap tertinggi di dunia dan di akhirat," kata Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Ketua Dewan Komisioner LPS dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI-DPR, Selasa (31/1).

Menurut catatan LPS, pada akhir 2022, rata-rata NIM perbankan mencapai 4,68 persen. Angka tersebut di atas NIM di negara-negara ASEAN yang setara, seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam. Rata-rata ASEAN adalah 2,7 persen.

Namun NIM bank di Indonesia yang tinggi menjadi daya tarik minat investor bank raksasa Asia lainnya, seperti dari Timur Tengah, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Menurut catatan Nikkei Asia (9/11/2022), bank-bank Jepang berminat mengalihkan konsentrasi bisnis ke ASEAN untuk dapat memanfaatkan kapitalisasi pasar di kawasan ini.

Nikkei melaporkan, PT. Bank Danamon anak usaha bank Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), memperoleh NIM sekitar 8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan di Jepang.

Di samping gemuknya NIM, keberhasilan membukukan laba tinggi di Indonesia adalah semakin efisiennya biaya dana. Saat ini biaya dana sudah bisa di bawah 2 persen yang berasal dari dana murah. Kontribusi digitalisasi dana sangat membantu menekan biaya dana.

Demikian juga dengan layanan fee-based bank. Pendapatan dari fee dan biaya atau fee based income (FBI) menjadi salah satu kontributor bisnis perbankan tumbuh tinggi sepanjang 2022.

Peran OJK dan faktor perekonomian

Namun yang cukup tinggi kontribusi dari laba bank tahun 2022 adalah pertama, perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit hingga 2024 oleh OJK.

Kedua, menurunnya pencadangan aset-aset bermasalah. Ketiga, hasil penjualan aset kredit bermasalah.

Ketiga hal tersebut menyumbang pendapatan lain-lain bank dan efisiensi biaya pencadangan bank yang signifikan.

Faktor eksternal lainnya adalah pemulihan kondisi pemulihan makro ekonomi tahun 2022 pascacovid-19, dengan pertumbuhan di atas 5 persen dan inflasi menuju 3 persen.

Risiko perekonomian juga menurun seiring dengan ekspansi bisnis retail dan korporasi.

Harga komoditas yang masih tinggi membuat nasabah-nasabah kelas kakap seperti sektor energi, kelapa sawit, dan pertambahan umum melakukan ekspansi usaha dengan kredit bank.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com