Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Dibuka di Zona Merah, Rupiah Melemah Tembus Rp 15.000 Per Dollar AS

Kompas.com - 31/05/2023, 09:48 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak pada zona merah pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (31/5/2023).

Melansir data RTI, pukul 9.13 WIB, IHSG berada pada level 6.630,48 atau turun 5,9 poin (0,09 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.634,42.

Sebanyak 177 saham melaju di zona hijau dan 222 saham di zona merah. Sedangkan 222 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1 triliun dengan volume 2,2 milar saham.

Baca juga: IHSG Bakal Menguat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Bursa Asia juga bergerak di zona merah dengan penurunan Nikkei 0,9 persen (292,3 poin) pada level 31.035,8, Hang Seng Hongkong terkoreksi 1,7 persen (324,5 poin) pada 18.271,26, Shanghai Komposit di posisi 3.210,16 atau turun 0,4 persen (14 poin), dan Strait Times bergerak pada level 3.163 atau terkoreksi 24,5 poin (0,7 persen).

Sebelumnya, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menilai, pergerakan IHSG terlihat sedang berada dalam tekanan dan menguji support level terdekat, masih adanya potensi teknikal rebound masih terlihat, namun potensi tekanan jangka pendek masih akan membayangi pergerakan IHSG hingga beberapa waktu mendatang.

“Masih adanya risiko koreksi wajar tetap harus diwaspadai oleh para investor, namun momentum tekanan masih dapat terus dimanfaatkan oleh investor jangka menengah hingga investor jangka panjang, hari ini IHSG berpotensi terkonsolidasi,” kata William Surya Wijaya.

Baca juga: Batas Auto Reject Bawah Saham 15 Persen Bakal Berlaku 5 Juni 2023


Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot melemah. Melansir Bloomberg, pukul 09.10 WIB rupiah bergerak pada level Rp 15.010 per dollar AS, atau turun 25 poin (0,17 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.985 per dollar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena pasar kembali fokus pada kebijakan moneter bank sentral AS. Dengan rentetan data ekonomi AS yang terus membaik belakangan ini, ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS akan kembali menaikan suku bunga acuannya meninggi.

“Potensi pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka dengan berbaliknya ekspektasi pasar mengenai kebijakan moneter Bank Sentral AS,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Baca juga: BEI Tetapkan Besaran ARB Perdagangan Saham jadi 15 Persen Mulai 5 Juni 2023

Ariston mengatakan, ekonomi yang membaik bisa memicu inflasi lebih tinggi. Sementara itu, dari data survei CME FedWatch Tool, 61,9 persen berekspektasi the Fed akan menaikan suku bunga acuan 25 bp pada rapat di bulan Juni versus 38,1 persen yang berekspektasi tidak ada perubahan.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bisa bergerak melemah ke arah Rp 15.000 per dollar AS sampai dengan Rp 15.050 per dollar AS, support pada kisaran Rp 14.950 per dollar AS.

Baca juga: Bank Amar Bakal Buyback Saham Rp 120 Miliar

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bappenas: Dalam 5 Tahun Terakhir, Biaya Logistik RI Turun 40 Persen   

Bappenas: Dalam 5 Tahun Terakhir, Biaya Logistik RI Turun 40 Persen  

Whats New
8 Kesalahan Menjalankan Bisnis Franchise yang Perlu Dihindari

8 Kesalahan Menjalankan Bisnis Franchise yang Perlu Dihindari

Smartpreneur
Pastikan Kelancaran Proses Seleksi CASN, BKN Sediakan 3 Layanan Helpdesk

Pastikan Kelancaran Proses Seleksi CASN, BKN Sediakan 3 Layanan Helpdesk

Whats New
Segini, Modal Buka Usaha Keripik Singkong

Segini, Modal Buka Usaha Keripik Singkong

Smartpreneur
Tanpa Uang Muka, Gen Z Sekarang Bisa Cicil Rumah Lewat BTN

Tanpa Uang Muka, Gen Z Sekarang Bisa Cicil Rumah Lewat BTN

Whats New
Wall Street Berakhir Merah, Kekhawatiran Suku Bunga Tinggi Jadi Sebabnya

Wall Street Berakhir Merah, Kekhawatiran Suku Bunga Tinggi Jadi Sebabnya

Whats New
China Setop Ekspor Dua Komoditas Bahan Baku Cip Komputer dan Panel Surya

China Setop Ekspor Dua Komoditas Bahan Baku Cip Komputer dan Panel Surya

Whats New
Pemerintah Pilih Whoosh untuk Nama Kereta Cepat RI, Ini Maknanya

Pemerintah Pilih Whoosh untuk Nama Kereta Cepat RI, Ini Maknanya

Whats New
BI Buka-bukaan Dampak Krisis Properti China ke Perekonomian

BI Buka-bukaan Dampak Krisis Properti China ke Perekonomian

Whats New
Ada Kazakhstan dan UEA, Otorita IKN Sudah Terima Lebih dari 290 Surat Minat Investasi

Ada Kazakhstan dan UEA, Otorita IKN Sudah Terima Lebih dari 290 Surat Minat Investasi

Whats New
Hitungan Cicilan Pinjol dengan Biaya Pinjaman 0,4 Persen dalam Berbagai Tenor

Hitungan Cicilan Pinjol dengan Biaya Pinjaman 0,4 Persen dalam Berbagai Tenor

Whats New
[POPULER MONEY ] OJK Perintahkan AdaKami Buka Kanal Aduan | Soal Rupiah Mutilasi, BI: Itu Hoaks!

[POPULER MONEY ] OJK Perintahkan AdaKami Buka Kanal Aduan | Soal Rupiah Mutilasi, BI: Itu Hoaks!

Whats New
Teten: Mana Bisa Menteri Koperasi Tutup TikTok

Teten: Mana Bisa Menteri Koperasi Tutup TikTok

Whats New
Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Whats New
Ironi Kereta Cepat: Diklaim B to B, Tapi Minta Jaminan Pemerintah dan APBN

Ironi Kereta Cepat: Diklaim B to B, Tapi Minta Jaminan Pemerintah dan APBN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com