Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Tantangan Pengembangan "Megaport" di Tanah Air

Kompas.com - 23/06/2023, 16:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ISTILAH megaport dan keberadaannya dalam khazanah kemaritiman-kepelabuhanan sudah lama ada.

Pelabuhan Singapura, Pelabuhan Tanjung Pelepas di Johor Baru, Malaysia dan Pelabuhan Shanghai di China merupakan sedikit contoh pelabuhan yang dapat dikategorikan sebagai megaport.

Sepanjang yang penulis ketahui, tidak ada kesepakatan di kalangan pelaku usaha, pemerhati dan pakar kepelabuhanan terkait apa kriteria baku sebuah megaport.

Kendati demikian, satu hal selalu muncul sebagai penanda megaport, yaitu kapasitas pelayanan (peti kemas)-nya yang sangat jumbo. Memang megaport terkait dengan peti kemas atau kontainer.

Kapasitas pelayanan peti kemas megaport bervariasi antara satu dan lainnya. Namun rata-rata paling tidak berkisar antara 10 juta hingga 20 juta twenty foot equivalent unit atau TEU per tahun.

Ambil contoh Pelabuhan Shanghai, China. Saat ini, megaport (kadangkala diistilahkan pula mega hub) Shanghai merupakan yang terbesar di dunia dengan throughput sekitar 50 juta TEU.

Disusul kemudian oleh Pelabuhan Singapura di posisi kedua dengan throughput sekitar 30 juta TEU.

Selain Singapura, di kawasan Asia Tenggara ada juga megaport lain, dalam hal ini Pelabuhan Tanjung Pelepas. Pelabuhan ini bertengger di posisi 15 dunia.

Malaysia punya satu lagi megahub: Pelabuhan Klang yang menempati nomor 12 dunia.

Pelabuhan Klang kini tengah menjadi perbincangan dalam komunitas kepelabuhanan dunia sehubungan dengan rencana pemerintah Malaysia mengembangkan Carey Island (yang masih satu kawasan dengan pelabuhan tersebut) sebagai megaport.

Menteri Transportasi Malaysia, Loke Siew Fook, mengungkapkan niatan tadi di hadapan audiens Langkawi International Maritime & Aerospace (LIMA) 2023.

Jadi jelas hal ini tidak main-main. Saking terpesonanya dengan rencana ini, salah satu media memberitakan niat pemerintah Malaysia tadi dengan headline berjudul “Malaysia moving ahead with ‘game changer’ Carey Island mega-port”.

Pelabuhan mega Carey Island dinilai mereka sebagai “perubah permainan” dalam bisnis kepelabuhanan yang ada saat ini.

Ke-mega-an Pelabuhan Carey Island itu dapat dilihat sisi investasi; disebut-sebut akan menelan biaya sebesar RM 28 miliar atau sekitar Rp 90 triliun lebih.

Proyek ini akan membangun Carey Island dengan fasilitas kepelabuhanan, terminal peti kemas dan konvensional, mulai dari nol alias greenfield.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com