Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal LRT Jabodebek, Pengamat: Wajar, Asal Dapat Diatasi Tanpa Tambah Investasi

Kompas.com - 08/08/2023, 10:41 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek LRT Jabodebek tersandung beberapa masalah sejak awal pembangunan pada 2015. Hal ini membuat proyek kereta tanpa masinis yang mulanya ditargetkan beroperasi pada 2019 jadi molor hingga kini.

Salah satu permasalahannya, 31 rangkaian LRT Jabodebek memiliki spesifikasi sistem yang berbeda-beda sehingga para perancang perangkat lunak (software) LRT Jabodebek, Siemens dan PT Len Industri (Persero), sulit mengkoneksikan sistem softwarenya.

Perbedaan spesifikasi tersebut membuat pintu gerbong LRT Jabodebek tidak pas dengan pintu gerbang stasiun saat berhenti di peron stasiun.

Baca juga: Jembatan Lengkung LRT Dibuat Tanpa Tiang Supaya Lebih Ekonomis

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyebut, penyebab masalah ini disebabkan oleh banyak komponen kereta yang bukan buatan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA sehingga perlu banyak penyesuaian ketika dikoneksikan dengan sistem persinyalan yang dikembangkan oleh Len Industri.

"Jadi wajar jika terjadi banyak kendala, asalkan dapat diatasi tanpa harus menambah investasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (8/8/2023).

Mantan Anggota Oversight Committee Pembangunan LRT Palembang dan LRT Jabodebek Kementerian Perhubungan 2015-2016 ini menyebut, proyek ini sejak awal sudah menambah biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan, yaitu untuk pembangunan rel LRT Jabodebek.

Seharusnya, kata dia, rel LRT Jabodebek menggunakan rel jenis lebar 1.067 mm sebagaimana yang dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan jalur baru untuk LRT Jabodebek.

Mengutip laman lrtjabodebek.adhi.co.id, pada pekerjaan jalur total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 10,48 triliun untuk pengerjaan typical structure, longspan structure, dan special structure.

Untuk typical structure, terdiri dari pekerjaan borepile, pile cap, kolom, pier head, dan U Shape Girder. Kemudian longspan structure terdiri dari U-Box dan Box girder. Sedangkan special structure meliputi portal pier head, struktur asimetris, serta pier head extended.

Keputusan tersebut, menurut dia, berpengaruh pada penambahan biaya untuk pembangunan dipo dan membeli peralatan uji atau perawatan baru karena tidak dapat menggunakan milik KAI serta tanah yang harus dibebaskan juga bertambah.

Adapun berdasarkan website yang sama, diketahui pekerjaan jalur, pekerjaan stasiun, depo, dan OCC (Operation Control Centre) menghabiskan biaya sebesar Rp 3,71 triliun.

Pada pekerjaan ini meliputi struktur bangunan, arsitektur, mekanikal elektrikal dan plambing, bangunan admin, perawatan bangunan yang meliputi perawatan berat, ringan dan harian, stabiling bay, jalur perpindahan dan railway system.

"Jika rel tidak berbeda, semua LRT Jabodetabek bisa parkir di dipo Manggarai dan pakai peralatan milik KAI. Kebijakan pengunaan rel berbeda ini patut diduga merupakan awal masalah berikutnya," ungkapnya.

Baca juga: Terbongkar Punya Banyak Masalah, LRT Jabodebek Tak Harus Beroperasi Penuh 18 Agustus 2023

Dia melanjutkan, keputusan yang membutuhkan biaya lebih ini tentu akan berpegaruh pada kebijakan penetapan tarif dan besaran subsidi yang harus dilakukan oleh Kementerian Perhubungan.

"Kritikan teknis yang disampaikan oleh Wamen BUMN ada benarnya, namun terlambat disampaikan sehingga kalau dikerjakan akan mempengaruhi operasional dan mahal," tukasnya.

Menteri BUMN Pastikan Perbaikan Sistem LRT Jabodebek Tak Keluarkan Biaya Tambahan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan perbaikan sistem LRT Jabodebek tidak membutuhkan biaya tambahan dari yang sudah dikeluarkan. Pasalnya, perbaikan sistem tersebut sudah masuk ke dalam paket kontrak pembangunan yang sudah disetujui sebelumnya.

"Enggak (butuh biaya lebih). Sudah selesai, itu sepaket," ujar Erick menjawab pertanyaan Kompas.com usai acara peresmian IMS di GBK Senayan, Jakarta, Senin (7/8/2023).

Baca juga: Pastikan Keamanannya, Erick Thohir Minta Masyarakat Tak Takut Naik LRT Jabodebek

Dia menjelaskan, permasalahan yang disebutkan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo beberapa waktu lalu seperti jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang salah desain, saat ini sudah selesai dikerjakan.

"Awalnya memang diperbaiki tapi sudah selesai. Tidak juga kecepatannya 80 kilometer pas belok, kan bukan MotoGP. Kalau MotoGP kita belok cepat penumpangnya miring semua, kan itu gak mungkin," jelasnya.

Kini pemerintah dan para kontraktor tinggal menyinkronkan sistem rangkaian LRT Jabodebek agar pas berhenti di depan pintu peron stasiun.

"Yang sedang disinkronisasi berhentinya kereta dan pintu gerbangnya. Itu yang dilakukan oleh Simens. Keretanya INKA tapi softwarenya Simens. Makannya Pak Menhub sedang cek dengan konsultan dari Inggris juga mengenai ini gimana sinkronisasi supaya pas. Ini yang lagi dicoba" tuturnya.

Baca juga: Menteri Basuki Bantah Longspan LRT Jabodebek Salah Desain

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com