Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Dimaksud dengan Sistem Ekonomi Tradisional?

Kompas.com - Diperbarui 02/12/2023, 20:09 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem ekonomi tradisional adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada praktik, norma, dan nilai-nilai yang telah ada dalam suatu masyarakat selama berabad-abad. 

Dengan kata lain, sistem ekonomi tradisional adalah sistem ekonomi yang berdasar pada adat istiadat, sejarah, dan kepercayaan turun-temurun.

Sistem ekonomi tradisional adalah sistem ekonomi yang identik diterapkan di masyarakat pedesaan dengan hasil ekonomi berupa pertanian.

Baca juga: Modal Asing Keluar Rp 7,57 Triliun dalam Sepekan, Ini Rinciannya

Setidaknya, terdapat dua elemen utama dalam sistem ekonomi tradisional yaitu menghargai tradisi dan minimnya jumlah limbah yang dihasilkan.

Dilansir dari Gramedia.com, dalam sistem ekonomi tradisional, pemerintah tidak berhubungan langsung dalam aktivitas ekonomi, tetapi hanya berperan sebagai penjaga ketertiban.

Tujuan utama sistem ekonomi tradisional adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakatnya, bukan untuk mencari keuntungan.

Sistem ekonomi tradisional adalah sistem ekonomi dimana produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa didasarkan pada tradisi, budaya, dan cara hidup yang telah berlangsung sangat lama.

Baca juga: Cara Membeli Tiket Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta

Sistem ekonomi tradisional tidak didasarkan pada prinsip-prinsip pasar bebas atau perencanaan ekonomi sentral, seperti yang terjadi dalam sistem ekonomi lainnya seperti kapitalisme atau sosialisme. 

Sistem ekonomi tradisional sering ditemukan di masyarakat agraris atau masyarakat yang hidup dalam kondisi terpencil. Umumnya, teknologi modern dan perubahan ekonomi belum masuk pada masyarakat yang menganut sistem ekonomi ini.

Ciri-ciri sistem ekonomi tradisional

Berikut beberapa ciri sistem ekonomi tradisional:

1. Produksi untuk konsumsi sendiri

Dalam sistem ekonomi tradisional, produksi utama adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga atau komunitas setempat. Hasil pertanian, kerajinan tangan, dan sumber daya lainnya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan dasar.

2. Pembagian peran yang tergantung pada tradisi

Peran dalam produksi dan distribusi ditentukan oleh tradisi, dan sering kali diwariskan dari generasi ke generasi. Misalnya, pekerjaan tertentu mungkin dianggap sebagai pekerjaan yang harus dilakukan oleh keluarga tertentu atau kelompok tertentu.

Baca juga: Surat Niaga: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri, Jenis, dan Contohnya

3. Sistem pertukaran barter

Sistem ekonomi tradisional cenderung melibatkan pertukaran barang-barang dan jasa dalam bentuk barter, bukan menggunakan mata uang atau uang tunai.

4. Ketahanan terhadap perubahan eksternal

Sistem ekonomi tradisional cenderung tahan terhadap perubahan eksternal dan perubahan teknologi. Perubahan dalam produksi atau konsumsi sering kali terjadi perlahan dan berdasarkan tradisi yang telah ada.

5. Nilai-nilai sosial yang kuat

Nilai-nilai sosial, budaya, dan agama sering kali memainkan peran penting dalam mengatur sistem ekonomi tradisional. Produksi dan konsumsi dapat terkait erat dengan upacara adat, ritual keagamaan, atau nilai-nilai komunitas.

Baca juga: Cara Prabowo Berantas Korupsi Bila Jadi Presiden: Naikan Gaji PNS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com