Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rugikan Negara Rp 600 Triliun, Kemenko Marves Minta Industri Tak Gunakan Timbal

Kompas.com - 19/10/2023, 13:33 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) meminta pelaku industri tidak menggunakan bahan timbal (Pb) dalam produksinya sebab sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Timbal merupakan logam berat yang dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia. Timbal memiliki efek buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan, terutama dalam air, tanah, dan udara.

Menurut catatan Divisi Pediatri Lingkungan di New York University, paparan timbal di Indonesia menyebabkan kerugian sekitar 37,9 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 600,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.800 per dollar AS).

Baca juga: Golden Rule, Etika Timbal Balik demi Berbisnis yang Berdampak Baik

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves Rofi Alhanif saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Senin (16/10/2023). KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves Rofi Alhanif saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Senin (16/10/2023).
Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rofi Alhanif mengatakan, perlu peningkatan kesadaran semua pihak terkait bahayanya penggunaan timbal.

Kemenko Marves pun mendorong kampanye bahaya penggunaan timbal pada industri yang bersentuhan langsung dengan manusia. Salah satunya melalui seminar nasional yang mempertemukan pihak kementerian/lembaga dengan pelaku sektor industri, lingkungan, maupun kesehatan.

Pertemuan ini merupakan inisiasi Kemenko Marves dengan PT Timah Industri yang merupakan bagian dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) bersama Asean Vinyl Council (AVC).

"Kami di Kemenko Marves yang portofolionya adalah mengkoordinasikan, mensinergikan kebijakan, ingin bisa bersama-sama mendiskusikan hal yang penting ini bersama sektor industri," ujar Rofi dalam keterangannya, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Menperin Targetkan Nol Emisi Karbon di Sektor Industri 2050

 

Ilustrasi cat, cat dinding.UNSPLASH/SVEN BRANDSMA Ilustrasi cat, cat dinding.
Ia menuturkan penggunaan timbal di Indonesia masih banyak ditemui di berberapa produk dan industri, salah satunya aki, cat besi, dan cat dinding.

Selain itu, penggunaan produk pipa berbahan PolyCinyl Chloride (PVC) yang mengandung campuran timbal juga memiliki risiko sebab ada kemungkinan lepas dalam air.

Kasus keracunan timbal secara global juga diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga anak. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 8 juta anak memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikogram per desiliter.

Maka dari itu, kesadaran masyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan terkait paparan timbal dan dampaknya ke lingkungan hidup serta kesehatan untuk mencegah kontaminasi timbal.

Baca juga: Pengamat: Bursa CPO Bukan Solusi untuk Permasalahan Industri Sawit di RI

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan, pihaknya menyambut baik upaya pemerintah menggaungkan bahayanya penggunaan timbal pada industri, terutama untuk produk yang bersentuhan langsung dengan manusia.

Ia berharap, melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan industri dengan pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya dapat meningkatkan kesadaran bahayanya timbal dan menekan penggunaan unsur logam tersebut.

"Semoga didapatkan hasil yang baik (dari pertemuan) untuk keberlanjutan kesehatan dan lingkungan dengan mengadaptasi nontimbal pada industri yang menghasilkan produk bagi masyarakat," kata Fajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesawat SQ321 Alami Turbulensi, Ini Kata CEO Singapore Airlines

Pesawat SQ321 Alami Turbulensi, Ini Kata CEO Singapore Airlines

Whats New
10 Daerah Penghasil Karet Terbesar di Indonesia

10 Daerah Penghasil Karet Terbesar di Indonesia

Whats New
5 Dekade Hubungan Indonesia-Korsel, Kerja Sama Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi Meningkat

5 Dekade Hubungan Indonesia-Korsel, Kerja Sama Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi Meningkat

Whats New
Negara Penghasil Karet Terbesar Ketiga di Dunia adalah Vietnam

Negara Penghasil Karet Terbesar Ketiga di Dunia adalah Vietnam

Whats New
OJK Cabut Izin BPR Bank Jepara Artha di Jawa Tengah

OJK Cabut Izin BPR Bank Jepara Artha di Jawa Tengah

Whats New
Efek Taylor Swift, Maskapai Penerbangan Catat Lonjakan Perjalanan Udara ke Eropa

Efek Taylor Swift, Maskapai Penerbangan Catat Lonjakan Perjalanan Udara ke Eropa

Whats New
Bukan Hanya Bitcoin, Aset Kripto 'Alternatif' Juga Kian Menguat

Bukan Hanya Bitcoin, Aset Kripto "Alternatif" Juga Kian Menguat

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Kemenhub Sebut Kenaikan TBA Tiket Pesawat Tunggu Momen yang Tepat

Kemenhub Sebut Kenaikan TBA Tiket Pesawat Tunggu Momen yang Tepat

Whats New
Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

Whats New
Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Whats New
Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

Whats New
Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

Whats New
Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

Whats New
Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com